REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sebagai bunga tidur, mimpi menjadi sesuatu yang kerap meng ilhami manusia. Kisah para nabi dan rasul pun mengajarkan kita bahwa Allah SWT memberi petunjuk kepada utusan-Nya lewat mimpi.
Alquran pun merekamnya, di antaranya pada kisah Nabi Yusuf AS dan Nabi Ismail AS.
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, 'Wahai ayahku! Sungguh aku (bermimpi) melihat 11 bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.'” (QS Yusuf ayat 4).
Ibnu Abbas dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, Nabi Yusuf mendapatkan mimpi yang ditafsirkan ayahnya, Ya'qub.
Sebelas bintang itu adalah saudara- saudara Yusuf, sedangkan matahari dan bulan adalah kedua orang tuanya. Ya'qub bin Ishak bin Ibrahim merasakan dari mimpi anaknya ini tersirat hal yang penting.
Menurut Sayid Quthb dalam Fi Dhilal al-Quran, Ya'qub merasakan dalam hatinya urusan ini berada di lembah agama, kemaslahatan, dan makrifat (pengetahuan).
Hal ini berdasarkan hukum yang berkaitan dengan suasana kenabian dalam hidupnya.
Dari apa yang diketahuinya, kakeknya Nabi Ibrahim alaihissalam telah diberi keberkahan Allah SWT, demikian keluarganya yang beriman.
Maka, Ya'qub berharap Yusuf yang memiliki keistimewaan berupa kecerdasan dan ketampanan akan menyambung mata rantai keberkatan pada keluarga Ibrahim.
Keahlian takwil mimpi juga dimiliki Yusuf saat dia beranjak dewasa. Setelah tinggal di Mesir dan sempat berada di dalam penjara, Yusuf dikisahkan menakwilkan mimpi dua orang tahanan. Raja pun memanggilnya karena keahliannya itu.
Raja sedang gundah karena bermimpi tentang tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus. Keanehan lainnya, terdapat tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering dalam mimpi itu.
Tidak ada satu pun penasihatnya yang bisa dengan tepat menafsirkan mimpi tersebut. Setelah mendengar berita tentang keahlian Yusuf, raja mendengar takwil dari nabi yang mulia tersebut.
Yusuf berkata, 'Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.' (QS Yusuf 47-48).
Alquran juga menceritakan tentang mimpi Nabi Ibrahim seusai mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS ash-Shaff ayat 102).
Demikianlah sang ayah yang amat cinta kepada anaknya tetapi diberikan ujian untuk menyembelih putra semata wayang itu.
Sadar bahwa mimpinya adalah wahyu, Nabi Ibrahim berkomunikasi kepada Ismail. Alih-alih mendapatkan penolakan, Ismail justru mengeluarkan kata-kata yang bijak.