REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Petani milenial dan wirausahawan muda pertanian di Provinsi Jawa Timur (Jatim) terus bergerak membuka dan memperluas akses pasar, dengan memetakan produk yang berorientasi pada kebutuhan pasar melalui jalinan kemitraan dengan stakeholders.
Langkah dan upaya tersebut ditempuh Kementerian Pertanian RI melalui Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) selaku Provincial Project Implementation Unit [PPIU] Jatim dari Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) dalam hal ini Polbangtan Malang menggandeng Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas).
Tim PPIU Jawa Timur yang dipimpin Project Manager YESS, Acep Hariri menghadiri penandatanganan Kontrak Kerja sama antara mentor dan Penerima Manfaat Program YESS dengan Paskomnas di Tangerang, Banten pada Jumat (16/12).
Kontrak kerja sama suplai produk tersebut untuk komoditas cabai merah keriting, cabai rawit dan kentang dilakukan oleh Mentor dan Koordinator Ekosistem Usaha Program YESS dari Kabupaten Malang, Pasuruan, Tulungagung dan Pacitan.
Kolaborasi tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang seluruh stakeholder yang terkait pertanian di Indonesia, untuk saling mendukung, mulai dari hulu hingga hilir untuk menciptakan ekosistem pertanian yang baik agar petani nyaman berproduksi.
“Kita pikirkan langkah nyata apa yang harus dilakukan, mulai dari ketersediaan benih unggul, pupuk, pembiayaan, alsintan hingga pasar (market) yang menguntungkan bagi petani kita,” katanya.
Hal serupa dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi agar petani khususnya petani milenial harus menguasai pengolahan pasca panen hingga pengemasan, pemasaran dan penjualan.
"Petani milenial harus kompetitif dalam keterampilan teknis, pemanfaatan model bisnis, dan manajemennya. Hadirnya DPM/DPA diharapkan mampu menciptakan penguatan resonansi bagi para milenial lainnya untuk berkecimpung di sektor pertanian," kata Dedi Nursyamsi.
Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana mengutip pernyataan Dedi Nursyamsi bahwa pasar merupakan perhatian utama sebelum budidaya, dengan memahami pasar potensial, maka pelaku agribisnis dapat memetakan produk berorientasi pasar.
"Misalnya dengan menambah mitra ataupun ekspansi usaha melalui Kredit Usaha Rakyat atau KUR sebagai terobosan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kita tidak ingin, petani milenial menanam tetapi saat panen belum memiliki pasar atau hasil panennya dihargai murah," kata Setya BU akrab disapa Uud.
Karena itu, katanya, PPIU YESS Jatim mendampingi petani milenial hadir di Paskomnas untuk membangun kerjasama agar memiliki pasar yang jelas dan pasti untuk mendapatkan harga jual yang layak.
Project Manager YESS, Acep Hariri menambahkan bahwa tujuan kerjasama dengan Paskomnas, untuk membangun jejaring pasar dari ekosistem komoditas di wilayah PPIU Jatim, yang nantinya akan 'di-korporasi-kan' sehingga Penerima Manfaat Program YESS mampu memperluas pasar dalam sebuah korporasi.
Direktur Pengembangan Agribisnis Paskomnas, Soekam Parwadi mengatakan bahwa Paskomnas menyambut baik inisiatif kerjasama yang dilaksanakan tersebut, untuk menjamin kontinyuitas produk pertanian yang tersedia di pasar induk yang dikelola oleh Paskomnas khususnya di Surabaya.
"Di sisi lain bagus bagi keberlanjutan usaha yang ditekuni oleh petani milenial Jatim. Misalnya, Pasar Induk Sidotopo Surabaya membutuhkan suplai kontinyu dalam jumlah yang memadai dan berkualitas, menjadi penting bagi jaminan suplai," kata Soekam didampingi General Manager Trading, Iwan Setiawan.