Senin 19 Dec 2022 05:30 WIB

Penjualan Kendaraan Meningkat, Saham Otomotif Dinilai Prospektif

Penjualan kendaraan roda dua dan roda empat kembali meningkat di bulan November 2022.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Pengunjung memadati salah satu ruangan pada pemeran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Pengunjung memadati salah satu ruangan pada pemeran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja emiten sektor otomotif diyakini akan lebih baik pada masa depan. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Pebe Peresia mengatakan kondisi tersebut tercermin dari hasil penjualan kendaraan yang menunjukkan pertumbuhan.

Dalam catatan Samuel Sekuritas, penjualan kendaraan roda dua dan roda empat kembali meningkat di bulan November 2022. Pada periode tersebut, penjualan kendaraan roda dua naik signifikan 26,9 persen yoy mencapai 588.269 unit. 

Baca Juga

"Kami melihat penjualan kendaraan roda dua telah stabil dan cenderung meningkat mulai dari bulan Agustus, mengejar kekurangan produksi di kuartal II akibat masalah suplai semikonduktor," kata Pebe dalam risetnya dikutip Ahad (18/12/2022). 

Sementara penjualan kendaraan roda empat di bulan November juga mencatatkan kinerja positif mencapai 91,086 unit atau tumbuh 4,2 persen yoy dan turut mendorong performanya di sepanjang 11 bulan tahun ini yang naik 19,2 persen yoy atau mencapai 942.499 unit.

Pebe memperhatikan adanya perubahan pangsa pasar pada lima merek teratas kendaraan roda empat. Selain Toyota dan Daihatsu yang mampu mempertahankan posisinya, brand lainnya seperti Honda, Mitsubishi Motor, dan Suzuki mengalami perubahan pangsa pasar dibandingkan tahun lalu. 

Honda mengalami peningkatan market share menjadi 12,6 persen dan mengubah posisinya menjadi peringkat ketiga dari kelima di November 2021, mengalahkan Mitsubishi Motor yang di tahun lalu menempati posisi ketiga dan Suzuki yang di tahun lalu menempati posisi ke empat.

"Kami menilai hal tersebut didorong oleh rilisnya tipe baru 4W Honda di sepanjang tahun ini, di antaranya All New Honda HR-V dan Honda City Hatchback, dan juga turut didongkrak oleh pulihnya supply semikonduktor di tahun ini," jelas Pebe.

Pebe menilai industri otomotif nasional akan terus bertumbuh hingga tahun depan. Dia memperkirakan penjualan kendaraan roda empat dan roda dua secara nasional di tahun depan masing-masing dapat mencapai 1 juta unit dan 5,6 juta unit. 

Angka proyeksi tersebut cenderung konservatif dan belum mencapai angka level pre-pandemi. Pebe menilai masih adanya tantangan dari kenaikan suku bunga, mengingat 70 persen penjualan otomotif nasional menggunakan kredit.

"Namun demikian, kami tetap tetap optimistis industri otomotif akan cenderung stabil di tahun depan salah satunya didorong oleh inovasi produk termasuk EV," kata Pebe.

Pebe melihat pemerintah semakin agresif untuk mendorong masyarakat menggunakan EV, melalui beberapa peraturan dan subsidi yang diberikan, termasuk INPRES 7/2022 untuk mengimplementasikan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai sebagai kendaraan dinas pemerintah, subsidi biaya konversi motor listrik, keringanan pajak untuk kendaraan listrik, serta rencana subsidi pembelian kendaraan motor listrik sebesar Rp 6,5 juta per unit.

Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi BUY untuk kedua emiten di dalam universe SSI, yaitu DRMA dengan target harga Rp 830 dan ASII dengan target harga Rp 7.500 seiring dengan kinerja positif industri otomotif dan beberapa strategi yang akan diimplementasikan oleh kedua emiten.

DRMA berencana akan mengoperasikan pabrik kendaraan roda empat baru di tahun depan dan akan masuk ke industri EV melalui lokalisasi komponen EV dan charging station. Sementara ASII  juga akan merilis beberapa model EV di beberapa tahun ke depan dan juga akan melakukan lokalisasi produk hybrid. 

"Namun, perlu diperhatikan, pertumbuhan kinerja ASII ke depan mungkin akan dibebankan oleh penurunan harga batu bara yang melemahkan segmen HEMCE (UNTR) dan nilai investasi di GOTO," kata Pebe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement