REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan rumah tapak diperkirakan akan meningkat sekitar tiga persen hingga akhir 2022. Tren peningkatan permintaan ini diproyeksi berlanjut pada 2023 dengan pertumbuhan yang relatif stabil.
Dengan semakin terkendalinya pandemi dan ekonomi yang mulai membaik pada 2022, daya beli secara umum mengalami peningkatan. Produk dari segmen menengah atas dan atas pun mampu diserap pasar.
"Meski ada kekhawatiran ekonomi global pada 2023, permintaan diproyeksi relatif stabil karena sebagian besar berasal dari end-user dengan kebutuhan untuk membeli rumah pertama mereka," kata Director of Strategic Consulting dari Cushman & Wakefield Arief Rahardjo, Senin (19/12/2022).
Namun, Arief melihat tren kenaikan suku bunga akan memengaruhi permintaan terutama dari pembeli yang bermaksud membeli unit menggunakan pinjaman kedua dan seterusnya. Di sisi lain, harga perumahan diperkirakan meningkat.
Dengan dibukanya infrastruktur tol di beberapa wilayah, pertumbuhan harga tanah di tahun 2023 diproyeksikan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan awal pandemi. Inflasi yang meningkat turut memengaruhi biaya bahan bangunan.
"Harga jual rata-rata unit total diperkirakan meningkat pada 2023," kata Arief. Untuk menjaga agar harga tetap terjangkau, menurut Arief, perumahan diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan harga tanah secara konservatif pada 2023.