REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini orang cukup familier dengan anjuran kebutuhan delapan gelas air per hari. Padahal, kebutuhan asupan air ternyata bisa berbeda bagi setiap orang.
Hal itu coba diungkap oleh temuan baru terkait jumlah asupan air di dalam tubuh setiap hari. Hasilnya menunjukan bahwa kebutuhan air setiap orang bergantung dari banyak faktor. Pemeriksaan itu mencakup seperti jumlah air yang dikonsumsi dan saat hilang dalam tubuh, pada lebih dari lima ribu peserta.
Mereka menemukan bahwa tingkat pergantian air biasanya paling tinggi di antara pria berusia 20 hingga 30 tahun dan wanita berusia 20 hingga 55 tahun. Faktor lain, seperti ukuran tubuh, tingkat aktivitas fisik, dan iklim juga dapat memengaruhi kebutuhan air individu.
Menurut Yosuke Yamada PhD, peneliti utama studi tersebut, pria perlu minum sekitar 1,6 hingga 1,8 liter air per hari dan wanita membutuhkan sekitar 1,4 liter, berdasarkan perhitungan tim peneliti. Hal itu setara dengan sekitar enam hingga tujuh gelas air per hari.
Pada tahun 1945, Dewan Pangan dan Gizi Dewan Riset Nasional mengatakan bahwa orang dewasa membutuhkan sekitar 2,5 liter air setiap hari dalam banyak kasus. Standar biasa adalah satu mililiter untuk setiap kalori makanan, dan sebagian besar asupan air dapat berasal dari makanan siap saji. Anjuran tersebut disalahtafsirkan menjadi saran konvensional untuk minum delapan gelas 8 ons air per hari.
“Temuan baru menunjukkan bahwa rekomendasi untuk asupan air terlalu tinggi dan tidak ada pendekatan satu ukuran untuk semua konsumsi air, kata Yamada, seperti dikutip dari Verywell Health, Senin (19/12/2022).
Pria berusia 20-an memiliki tingkat pergantian air tertinggi, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kebutuhan air minum tertinggi. Pria juga memiliki tingkat pergantian air yang lebih tinggi daripada wanita di segala usia.
Selain perbedaan berdasarkan jenis kelamin, studi tersebut menemukan bahwa orang yang tinggal di iklim lebih panas memiliki tingkat pergantian air yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di iklim sedang. Orang yang tinggal di negara-negara miskin memiliki tingkat pergantian air yang lebih tinggi daripada di negara maju. Selain itu, atlet memiliki tingkat pergantian yang lebih tinggi daripada mereka yang jarang berolahraga.
Jadi, berapa banyak air yang dibutuhkan?
Jodi Dunmeyer Stookey PhD, seorang ahli epidemiologi nutrisi yang berfokus pada asupan air dan pendiri Water & Hydration Translational Epidemiological Research (WAHTER), mengatakan, penelitian tersebut memberikan wawasan yang berguna tentang banyaknya air yang dikonsumsi setiap individu. Namun, bukan menghitung jumlah yang harus dikonsumsi untuk menjadi sehat.
“Studi ini hanya menunjukkan banyak variabilitas,” kata Stookey.
Para peneliti tidak mengukur manfaat atau risiko yang terkait dengan mengonsumsi terlalu banyak atau sedikit air. Akan tetapi, mengetahui jumlah yang direkomendasikan.
Rekomendasi yang dibuat seharusnya menjaga orang tetap sehat agar tidak mudah sakit atau terkena diabetes, penyakit kronis selama beberapa tahun.