REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan harapan kuat bahwa perang Ukraina akan berakhir pada 2023. Dalam konferensi pers akhir tahun yang luas, dia tidak melihat prospek pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu dekat dan konflik militer yang sudah meningkat akan terus berlanjut.
Tapi Guterres menyerukan segala kemungkinan untuk dilakukan guna menghentikan konflik paling dahsyat di Eropa sejak Perang Dunia II pada akhir 2023. Dia sangat mengharapkan keinginannya itu akan terjadi.
Menengok ke belakang sepanjang 2022, Guterres mengatakan, terdapat ada banyak alasan untuk putus asa. Dia merujuk pada perpecahan geopolitik yang membuat penyelesaian masalah global menjadi sulit, krisis biaya hidup, meningkatnya ketidaksetaraan dengan sebagian besar negara termiskin di dunia menatap jurang kebangkrutan dan gagal bayar, dengan pembayaran layanan utang meroket sebesar 35 persen yang menjadi peningkatan terbesar dalam beberapa dekade.
"Kami bekerja untuk melawan keputusasaan, untuk melawan kekecewaan dan untuk menemukan solusi nyata," ujar Guterres.
Sekretaris Jenderal mengutip ukuran kemajuan dalam beberapa konflik lain, salah satunya adalah Ethiopia. "Upaya Uni Afrika untuk menengahi perdamaian adalah alasan untuk berharap," ujarnya.
Kemudian konflik Kongo berhasil mereda dengan upaya diplomatik yang dipimpin oleh Angola dan Komunitas Afrika Timur. Keberhasilan itu dinilai telah menciptakan kerangka kerja untuk dialog politik guna mengakhiri krisis di bagian timur negara yang kaya akan mineral.
Sedangkan di tanah Arab, gencatan senjata enam bulan di Yaman telah memberikan keuntungan nyata bagi orang-orang. Meskipun kini tidak diperbarui, menurut Guterres, tidak ada operasi militer besar dan pengiriman penerbangan serta bahan bakar dan makanan terus berlanjut.
Bahkan di Ukraina, perjanjian yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli untuk memulai kembali pengiriman biji-bijian dari Ukraina dan ekspor makanan dan pupuk dari Rusia membuat perbedaan. Tanpa prospek pembicaraan segera, Guterres mengatakan, PBB saat ini memusatkan upayanya untuk memperluas prakarsa yang telah menghasilkan lebih dari 14 juta metrik ton biji-bijian Ukraina dikirim dari tiga pelabuhan Laut Hitam dengan meningkatkan ekspor dan inspeksi.
Guterres mengatakan, ekspor gandum Rusia telah berlipat tiga kali lipat dan PBB sedang mempertimbangkan kemungkinan mengekspor amonia Rusia dari pelabuhan Laut Hitam. Amonia merupakan bahan utama pupuk yang sangat dibutuhkan.