REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pubertas atau yang sering disebut akil baligh merupakan masa transisi fisik pada tubuh anak menjadi tubuh dewasa. Dalam hal ini tubuh dewasa tersebut sudah mampu melakukan reproduksi secara seksual.
Pada masa transisi tersebut akan terdapat tiga perubahan besar berupa perubahan fisik, biologis, dan psikologis. Perbedaan secara garis besar akan terlihat secara fisik dan biologis yang bisa membedakan pubertas pada anak lelaki dan anak perempuan.
Dokter spesialis anak RS Sari Asih Ciputat Kota Tangerang Selatan Dinar Handayani Asri Hariadi menjelaskan pubertas pada anak perempuan paling gampang yaitu munculnya bukit payudara kecil sebagai tanda awal pubertas. Sementara pada anak lelaki volume cairan testisnya lebih dari empat mililiter.
“Pubertas pada anak-anak bisa berbeda-beda antara anak lelaki dan perempuan. Pada perempuan rata-rata sudah dimulai pada usia delapan tahun. Sedangkan pada anak lelaki cenderung lebih lambat dan bisa dimulai saat usianya menginjak sembilan tahun,” ujar Dinar.
Dari penjelasan Dinar bisa disimpulkan sejauh ini persepsi tentang pubertas pada anak banyak yang salah. Pada umumnya para orang tua mengira menstruasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak lelaki adalah fase awal pubertas.
“Memang ada miss persepsi di kalangan masyarakat awam soal awal pubertas pada anak. Jadi sebenarnya menstruasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak lelaki adalah tahap akhir dari pubertas pada anak,” jelasnya.
Terkait pubertas pada anak, orang tua perlu mengetahui bahwa terdapat pubertas yang normal dan juga ada pubertas yang tidak normal. Pubertas yang normal pada anak ialah mereka melewati satu demi satu fase atau tahap perubahan fisik menuju dewasa.
“Pada anak perempuan misalnya lebih dulu tumbuh bukit kecil payudara dan bulu halus di sekitar daerah sensitifnya, pacu tumbuh, hingga terjadi menstruasi. Sementara pada anak lelaki bertambahnya volume testis dan tumbuhnya bulu halus di wilayah sensitifnya, pacu tumbuh, dan diakhiri dengan mimpi basah,” terang Dinar.
Adanya fase perubahan pada fisik dan biologis anak di rentang usia delapan tahun pada perempuan dan sembilan tahun pada anak lelaki merupakan fase normal terjadinya pubertas. Pubertas dini bisa terjadi jika perubahan tersebut muncul di bawah rentang usia itu.
“Ada dua kategori yang menyebabkan seorang anak mengalami pubertas dini atau di bawah rentang usia pada umumnya, yaitu yang terjadi di bagian sentral gangguan di pusat pengatur hormon di otak atau perifer di alat genitalia," sebut Dinar.
Penyebab pubertas dini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti tumor. Pubertas dini bisa juga dari faktor karena tidak terbentuknya kelenjar, dari paparan, hormon yang berlebih akibat gaya hidup dan makanan, atau akibat pengaruh obat-obatan dari penyakit tertentu yang dialami anak.
“Pubertas dini pada anak bisa berdampak secara fisik baik pada anak perempuan dan lelaki. Salah satunya akan bertubuh pendek karena saat anak yang lain secara normal akan bertumbuh sesuai fasenya, mereka yang pubertas dini akan mengalami penghentian pertumbuhan tubuh karena sudah terlebih dahulu mengalami pubertas,” ungkapnya.
Dinar menyarankan kepada para orang tua yang telah menyadari adanya kemungkinan pertumbuhan fase anak yang lebih awal agar tidak panik. Sebaiknya orang tua segera konsultasikan kepada ahli medis terpercaya agar mengetahui apa penyebabnya sehingga mendapat solusi.