Rabu 21 Dec 2022 13:25 WIB

Jokowi Minta Manfaatkan Aset Negara dengan Produktif

Beberapa aset negara yang bisa dimanfaatkan adalah izin konsesi hutan dan tambang.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Nidia Zuraya
Aktivitas di area pertambangan (ilustrasi). Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong peningkatan kemampuan domestik dengan memanfaatkan aset-aset negara yang menganggur dengan produktif. Sejumlah aset-aset negara yang menganggur tersebut antara lain izin konsesi hutan dan tambang yang diberikan kepada perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Aktivitas di area pertambangan (ilustrasi). Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong peningkatan kemampuan domestik dengan memanfaatkan aset-aset negara yang menganggur dengan produktif. Sejumlah aset-aset negara yang menganggur tersebut antara lain izin konsesi hutan dan tambang yang diberikan kepada perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong peningkatan kemampuan domestik dengan memanfaatkan aset-aset negara yang menganggur dengan produktif. Sejumlah aset-aset negara yang menganggur tersebut antara lain izin konsesi hutan dan tambang yang diberikan kepada perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Karena itu, Jokowi menginstruksikan Menteri Investasi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mencabut konsesi tersebut jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023 di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Baca Juga

“Sudah saya perintahkan kepada Menteri Investasi, Menteri ESDM, sudah dicabut saja konsesinya, berikan kepada yang memiliki kemampuan dan lahan itu menjadi lahan produktif, aset itu menjadi aset produktif sehingga kemarin dicabut 2.078 konsesi-konsesi, baik konsesi hutan maupun konsesi tambang. Cabut dan berikan kepada yang memiliki kemampuan baik finansial, kemampuan SDM untuk menggarap aset-aset itu menjadi aset-aset yang produktif sehingga memberikan dampak yang positif kepada ekonomi kita,” jelasnya.

Demikian halnya dengan aset lain seperti gedung-gedung yang juga dibiarkan menganggur, tidak dipakai, tidak pula disewakan. Juga peralatan-peralatan operasional yang justru malah ditumpuk digudang. Jokowi meminta hal-hal tersebut segera dihentikan.

“Coba cek di dinas-dinas, di BUMN-BUMN banyak sekali. Dipikir saya enggak tahu? Tahu. Inilah hal-hal yang menyebabkan kita tidak produktif dimulai hal-hal yang seperti ini. Atau membeli alat yang sebetulnya tidak diperlukan juga banyak, pembelanjaan hal-hal yang tidak produktif seperti ini. Kembali lagi, kemampuan domestik kita harus betul-betul kita garap,” kata dia.

Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan secara umum ekonomi makro Indonesia jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Misalnya pada 2014-2015 saat Indonesia dikategorikan sebagai negara rentan terpuruk bersama lima negara lain. Ia menyampaikan, pada 2014 defisit transaksi berjalan Indonesia berada di angka 27,5 miliar dolar AS. Sedangkan pada 2015 berada di angka 17,5 miliar dolar AS.

“Kalau kita ingat saat itu ada taper tantrum dan yang kalau kita lihat angka detail di situ di 2014-2015, defisit transaksi berjalan kita berada di angka 27,5 miliar dolar AS di 2014. Kemudian di 2015 berada di angka 17,5 miliar dolar AS. Kalau kita lihat lagi lebih detail di 2014 neraca dagang kita masih defisit 2,2 miliar dolar AS,” ujar Jokowi.

Karena itu, pada saat itu Jokowi menyampaikan kepada jajarannya agar berani melakukan reformasi struktural untuk menjaga ekonomi makro dari hal-hal yang membahayakannya. Misalnya, urusan surat berharga negara (SBN) yang saat itu 38,5 persennya dikuasai asing, sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing.

“Kalau masih dikuasai asing, begitu goyah sedikit makro kita, keluar berbondong-bondong, goyah pasti kurs kita. Ini upaya-upaya yang kita lakukan,” ungkapnya.

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah pun membuahkan hasil. Hal ini terlihat dalam neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2022 yang sudah surplus sebesar 8,9 miliar dolar AS. Nominal tersebut berarti 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Artinya, perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan kelihatan dalam angka-angka. Saya selalu pasti meminta angka. 'Pak ini sudah lebih baik' 'Ya angkanya berapa?' Angkanya pasti saya minta dari berapa kemudian sekarang berapa karena itu penting sekali,” jelas dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement