REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Angkatan Laut Thailand pada Selasa (20/12/2022) waktu setempat menemukan enam jasad marinir awak kapal dalam pencarian kapal perang Thailand yang tenggelam akhir pekan lalu. Sebelumnya pada Senin, seorang marinir ditemukan dalam keadaan hidup oleh operasi militer yang mengerahkan helikopter, kapal perang, dan drone tak berawak di lepas pantai tengah.
Angkatan laut Thailand mengatakan, sekurangnya 23 orang masih belum ditemukan setelah HTMS Sukhothai diterjang gelombang setinggi empat meter dan angin kencang pada Ahad (18/12/2022) malam waktu setempat. Kapal membawa 105 personel militer, dan 76 orang telah diselamatkan.
"Orang terakhir ditemukan 41 jam sejak kapal tenggelam dan dia masih hidup. Jadi kami yakin masih ada yang hidup di luar sana, kami akan terus mencari,” kata kepala staf angkatan laut, Laksamana Chonlathis Navanugraha dikutip laman Guardian, Rabu (21/12/2022).
Ketika cuaca membilanaik, helikopter, dua pesawat pengintai tak berawak, empat kapal perang, dan pesawat angkut C130 dikerahkan untuk mencari marinir yang hilang. Kapal perang HTMS Sukhothai mengalami kerusakan mesin saat diterjang badai dan tenggelam sekitar 20 mil laut dari distrik Bang Saphan. Korvet buatan AS itu telah digunakan sejak 1987.
Sebagian besar penumpang diselamatkan sebelum kapal tenggelam, namun puluhan lainnya harus meninggalkan kapal dengan rakit dan jaket pelampung dan ada yang tidak menggunakan rompi pelampung. Kapten kapal Sukhothai Letnan Kolonel Pichitchai Tuannadee mengatakan dia berada di laut selama dua jam sebelum akhirnya naik rakit dan ditemukan oleh tim pencari pada Senin.
"Untuk melihat sesuatu sekecil cincin kehidupan atau kepala seseorang di atas permukaan air, sangat sulit untuk melihat dengan ombak besar,” katanya.
Ia mengatakan bahwa para pelaut yang hilang kemungkinan besar sudah lelah berada di air dan tidak mengenakan jaket pelampung. Salah satu marinir ditemukan pada Senin malam menempel di pelampung.
“Dia mengambang di air selama 10 jam. Dia masih sadar, jadi kami bisa mengeluarkannya dari air dengan aman,” kata komandan salah satu kapal pencari.
Kerabat yang hilang berkumpul di pusat penyelamatan menunggu kabar dari orang yang dicintai. Malinee Pudphong, bibi dari marinir Saharat Esa yang hilang, mengatakan dia berbicara dengan keponakannya melalui telepon sebelum kapal tenggelam dan terkejut mendengar dia tidak mendapatkan jaket pelampung. "Itu adalah tubuh seorang anak berusia 21 tahun. Dia tidak cukup kuat," katanya pilu.
Kepala Angkatan Laut Laksamana Choengchai Chomchoengpaet mengatakan tenggelamnya kapal akan diselidiki, termasuk laporan bahwa tidak ada cukup jaket pelampung di kapal.