REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Beberapa ilmuwan dan penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan terlalu dini bagi China untuk melonggarkan peraturan Covid-19 sebab mungkin akan terjadi gelombang infeksi.
Pandangan mereka mencerminkan keputusan China melonggarkan kebijakan tanpa toleransi Covid-19 pekan lalu usai protes dan lonjakan kasus infeksi.
Diproyeksikan tahun depan perekonomian kedua terbesar di dunia itu akan mengalami ledakan kasus infeksi dan kematian setelah mengubah arah kebijakannya.
Pendekatan China itu berhasil menekan angka infeksi dan kematian Covid-19 di negara berpopulasi 1,4 juta orang itu. Tapi tahun itu WHO melabelkan kebijakan itu tidak "berkelanjutan" karena berdampak pada kehidupan dan ekonomi. Pakar mengatakan langkah kebijakan Presiden Xi Jinping mengubah gambaran global.
"Pertanyaannya adalah apakah anda dapat menyebutnya pasca pandemi ketika sebagian besar dunia sebenarnya memasuki gelombang kedua," kata virolog Belanda Marion Koopmans, Rabu (21/12/2022).
Koopsman anggota komite yang bertugas memberi nasihat pada WHO soal status kedaruratan pandemi.
"Sudah jelas kami berada di fase (pandemi) yang sangat berbeda tapi menurut saya gelombang yang tertunda di China merupakan tanda peringatan," katanya.
Pada September lalu Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemi "sudah hampir selesai". Di Jenewa ia mengatakan berharap dapat mengakhiri status darurat tahun depan.