Kamis 22 Dec 2022 10:30 WIB

China Sanggah Lakukan Konstruksi Baru di Laut China Selatan

Terdapat formasi tanah baru muncul selama setahun terakhir di Eldad Reef.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Laut China Selatan. China sangat keberatan dengan laporan berita bahwa terlibat dalam kegiatan konstruksi baru di Laut China Selatan yang diperebutkan.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Laut China Selatan. China sangat keberatan dengan laporan berita bahwa terlibat dalam kegiatan konstruksi baru di Laut China Selatan yang diperebutkan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China sangat keberatan dengan laporan berita bahwa terlibat dalam kegiatan konstruksi baru di Laut China Selatan yang diperebutkan. Beijing mengkritisi sumber Barat yang digunakan sebagai sosok yang tidak mengetahui kondisi wilayah yang tidak ditempatinya.

"Berita dari Bloomberg murni dibuat-buat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menanggapi laporan yang mengklaim bahwa China membangun beberapa wilayah di tanah kosong di Laut China Selatan.

Baca Juga

"Tidak mengambil tindakan terhadap pulau dan terumbu karang tak berpenghuni di Kepulauan Nansha adalah konsensus serius yang dicapai oleh China dan negara-negara ASEAN dalam  Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DoC), dan China selalu mematuhinya dengan ketat," ujarnya dikutip dari Anadolu Agency.

Menurut laporan Bloomberg, terdapat formasi tanah baru telah muncul di atas air selama setahun terakhir di Eldad Reef di Spratly utara. Gambar menunjukkan lubang besar, tumpukan puing, dan jejak ekskavator di lokasi yang dulunya hanya tersingkap sebagian saat air pasang.

Perairan hangat yang kaya mineral di Laut China Selatan telah menjadi subjek perselisihan yang terus berlanjut antara China dan beberapa negara kawasan itu, seperti Brunei, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sedangkan kesepakatan DoC di Laut China Selatan ditandatangani oleh Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara dan China pada November 2002 menandai pertama kalinya China menerima kesepakatan multilateral mengenai masalah tersebut. Namun Beijing tetap berpegang teguh  berdasarkan "sembilan garis putus-putus" yang diklaim historis di atas Laut China Selatan.

Tapi, Filipina memenangkan kasus pada 2016 di Permanent Court of Arbitration (PCA) di Den Haag yang membatalkan klaim ekspansi China atas Laut China Selatan. Perkembangan terbaru seperti yang diklaim oleh pejabat Barat yang tidak disebutkan namanya, Manila memprotes setiap kegiatan reklamasi oleh China pada wilayah yang tidak dihuni akan bertentangan dengan kesepakatan antara negara itu dan negara-negara Asia Tenggara.

“Kami sangat prihatin,” kata Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan sedang memverifikasi klaim yang dibuat oleh Bloomberg.

Beijing mengatakan hubungannya dengan Manila berkembang dengan baik. “Saat ini, hubungan China-Filipina berkembang dengan baik, dan kedua belah pihak akan terus menangani masalah maritim dengan baik melalui konsultasi yang bersahabat,” kata Mao mengutip transkrip jumpa pers harian oleh Kementerian Luar Negeri China.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement