REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut harga energi dunia semakin sulit diprediksi pada tahun ini. Hal ini dampak dari geopolitik antara Rusia dengan Ukraina yang berkepanjangan hingga musim dingin.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan harga energi dan pangan masih akan mewarnai perekonomian global dan Indonesia. Itu artinya, inflasi akan terus meningkat beberapa wilayah imbas volatilitas harga energi dan pangan.
“Memasuki winter ini pasokan energi terutama di Eropa menjadi sangat terkendala, dengan adanya penghentian pasokan gas. Ini menyebabkan alternatif energi seperti batu bara menjadi meningkat,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Sri Mulyani mencontohkan harga batu bara yang pernah mengalami kenaikan menjadi 401,4 dolar AS per metric ton karena keputusan Rusia memangkas aliran gas ke Eropa. Sedangkan harga minyak dunia menurun imbas melemahnya perekonomian negara maju, ditambah dengan kebijakan price capping.
“Sehingga respons kebijakan moneter dengan ekstrim dan cepat dilakukan oleh negara maju," ucapnya.
Sementara itu Praktisi Tambang Helmut Hermawan menyatakan, industri penambangan nikel di Indonesia memiliki prospek cerah. Apalagi, selain padat modal, industri ini juga padat karya.
Hal ini terkait kemampuan industri ini dalam menyerap banyak tenaga kerja di lingkungan sekitar area penambangan.
Helmut yang juga pemilik PT Citra Lampia Mandiri, perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Sulawesi Selatan telah menyerap lebih dari dua ribu kepala keluarga sebagai karyawan, kontraktor, dan subkontraktor pertambangan.
“Pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dalam upaya menjaga iklim investasi bagi investor dalam maupun luar negeri,” ucapnya.