REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Presiden Sudan yang digulingkan, Omar Al-Bashir, mengaku bertanggung jawab atas kudeta pada 1989. Al-Bashir mengungkapkan pengakuan itu di depan pengadilan di Ibu Kota, Khartoum pada Selasa (20/12/2022).
"Saya memikul tanggung jawab penuh atas peristiwa Juni 1989," ujar Al-Bashir, dilaporkan Middle East Monitor, Rabu (21/12/2022).
Namun, Al-Bashir yang memerintah Sudan selama hampir 30 tahun, tidak menyatakan penyesalan kudeta itu. Al-Bashir justru berbicara tentang pencapaian pemerintahannya terkait dengan konsensus nasional, perdamaian, ekstraksi minyak, dan pembangunan infrastruktur.
"Kami mengundang 77 pemimpin partai untuk berdialog setelah peristiwa 1989, dengan tujuan memulihkan perdamaian di negara itu. Kami memberikan perhatian pada masalah perdamaian karena itu adalah kunci untuk menyelesaikan semua masalah yang diderita negara, dan kami berusaha untuk mencapainya," ujar Al-Bashir.