REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah China membantah tuduhan yang menyebut ia dan Rusia berbagi strategi untuk merusak persatuan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Menurut Beijing, para pihak yang melayangkan tudingan demikian perlu berhenti menjadikan NATO sebagai alat melanggengkan hegemoni dan mengacaukan dunia.
“China berkomitmen menjaga perdamaian dunia, stabilitas, dan kemakmuran. Pihak-pihak terkait perlu berhenti membuat tuduhan tak berdasar dan mencoreng China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Mao Ning dalam pengarahan pers saat menjawab pertanyaan wartawan tentang adanya kekhawatiran Amerika Serikat (AS) bahwa China dan Rusia berusaha merusak persatuan NATO, Rabu (21/12/2022), dikutip laman resmi Kemenlu China.
Mao mengatakan, para pihak yang menuduh China harus berhenti mengobarkan konfrontasi dan menciptakan musuh imajiner. “Berhenti menjadikan NATO sebagai alat untuk melanggengkan hegemoni dan mengacaukan dunia, buang mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok, serta lakukan lebih banyak hal kondusif untuk perdamaian dan stabilitas dunia,” ucapnya.
Pada Selasa (20/12/2022) lalu, Duta Besar AS untuk PBB Julianne Smith menyampaikan kekhawatiran bahwa China dan Rusia berbagi strategi untuk merusak persatuan NATO. “Mereka (Rusia dan China) semakin sering menggunakan alat umum yang seharusnya menjadi perhatian NATO," katanya.
Smith mengungkapkan, dia yakin Rusia dan China sedang bertukar “taktik hibrida” yang dapat menciptakan risiko, seperti risiko pasokan energi dan masalah keamanan dunia maya.
"Tidak ada keraguan bahwa mereka bekerja untuk memecah belah mitra dalam aliansi transatlantik. Kami sangat menyadari upaya ini dan berniat untuk melawan mereka," katanya.