Kamis 22 Dec 2022 19:07 WIB

Peneliti Kembangkan Aplikasi Pendeteksi Sakit Serius pada Bayi

Ilmuwan merancang aplikasi pendeteksi penyakit untuk kurangi angka kematian bayi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Ilmuwan merancang aplikasi pendeteksi penyakit untuk kurangi angka kematian bayi.
Foto: www.freepik.com.
Ilmuwan merancang aplikasi pendeteksi penyakit untuk kurangi angka kematian bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah aplikasi ponsel pintar yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit serius pada bayi berusia nol hingga enam bulan tengah diperbarui oleh para peneliti. Peningkatan itu bertujuan untuk memberikan dukungan lebih kepada orang tua dan pengasuh.

Aplikasi bernama Baby Check itu dikembangkan oleh The Lullaby Trust dan Birmingham Community Healthcare NHS Foundation Trust. Ilmuwan merancangnya untuk membantu mengurangi angka kematian, meningkatkan identifikasi dini penyakit parah, dan mencegah kunjungan medis ke rumah sakit.  

Baca Juga

The Lullaby Trust telah menggelontorkan dana sebesar 81 ribu poundsterling (sekitar 1,52 miliar) kepada Profesor Jos Latour. Latour adalah profesor keperawatan klinis dan pemimpin penelitian madya di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Plymouth, Inggris.

Latour bertugas memperbarui dan mengevaluasi ulang aplikasi, memastikannya sesuai dengan bukti-bukti ilmiah yang terbaru. Saat ini, aplikasi menampilkan 19 pertanyaan yang mencakup tanda dan gejala penyakit yang harus diperiksa oleh orang tua.  

Setiap pemeriksaan mendapat skor yang nantinya harus dijumlahkan. Semakin tinggi angka totalnya, semakin besar kemungkinan bayi tidak sehat. Orang tua kemudian diberi tanda untuk melakukan berbagai tindakan yang sesuai kondisi bayi, seperti berkonsultasi dengan dokter umum atau tenaga medis lain.

Melalui studi Early Recognition and Assessment of Severely Ill Babies by Parents (EASIER), Latour dan tim peneliti akan merevisi konten, kegunaan, dan dampak aplikasi. Perubahan didasarkan pada penelitian, termasuk pengalaman orang tua, pengasuh, dan praktisi kesehatan.

"Merawat bayi adalah pengalaman mendebarkan bagi siapa pun, dan jika Anda mencurigai ada sesuatu yang salah, penting untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan secepat mungkin," ujar Latour, dikutip dari situs resmi Plymouth, Kamis (22/12/2022).

Landasan awal aplikasi bermula pada 1991, lantas dilakukan berbagai pembaruan sejak 2021. Panduan Postnatal Care National Institute for Health and Care Excellence (NICE) menyatakan bahwa profesional kesehatan harus mempertimbangkan untuk menggunakan sistem penilaian Baby Check. 

Latour dan timnya akan menggunakan dana yang ada untuk memperbarui aplikasi Baby Check dan merevisi kontennya. Mereka juga akan mendapatkan validasi dari orang tua di komunitas lokal, dan mempromosikan versi aplikasi yang diperbarui kepada orang tua selama perawatan antenatal, persalinan, dan pascakelahiran.

Ada pula diskusi dengan orang tua, wali, dan dokter untuk meninjau aplikasi, serta kolaborasi dengan pengembang untuk membuat perubahan dan menganalisis pemakaian aplikasi. Laporan akhir Latour akan didistribusikan melalui jurnal akses terbuka dan dibagikan dengan mitra Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS).

Wawancara mendalam selanjutnya dilakukan terhadap 25-50 orang tua, bersamaan dengan survei daring terhadap sekitar 500 pengguna aplikasi. Tujuannya, untuk mengukur dampak terhadap kepercayaan diri dan kecemasan orang tua, dan untuk menilai keramahan pemakaian aplikasi bagi pengguna.

"Dari sudut pandang penelitian, bekerja secara klinis dengan rekan kerja adalah hal yang luar biasa.  Kami memiliki begitu banyak bidang di mana kami dapat membuat perbedaan dan bekerja sama untuk meningkatkan perawatan pasien kami dan keluarga mereka," kata Latour.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement