REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski lahirnya buah hati menjadi kebahagiaan tersendiri, ada ibu yang enggan menyusui anaknya karena tidak mau bentuk payudara berubah. Untuk itu perlu ada edukasi mengenai menyusui bayi.
"Mengenai kekhawatiran bentuk payudara, kita harus selipkan kalau dibarengi dengan olahraga yang membangun otot di dada maka seharusnya payudara tidak berubah. Kalaupun berubah, kalau dibandingkan dengan yang didapatkan anak maka seharusnya ibu tidak mempermasalahkan apapun yang terjadi pada tubuhnya," kata Anggota Satgas air susu ibu (ASI) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Kamis (22/12/2022).
Kendati demikian, ia menyadari memang menyusui tidak bisa dipaksakan. Kalau ibu memang tidak mau memberikan ASI pada bayinya kemudian dipaksa menyusui maka justru ibunya merasa tertekan.
Ia mengaku pernah menangani pasien dengan kondisi tersebut. Akibatnya, ibu tersebut takut pada bayinya. Namun, karakter ibu yang demikian bisa ditangani dengan memberikan edukasi oleh tenaga medis.
"Lagipula ada hormon prolaktin yaitu hormon naluri keibuan yang baru bekerja maksimal setelah 6 pekan (setelah melahirkan)," katanya.
Ia mengatakan, saat ibu hamil dan sebelum melahirkan seharusnya sudah mendapatkan pemaparan lengkap kenapa harus memilih ASI untuk bayinya. "ASI kan komposisinya sudah disesuaikan dengan kondisi bayi. Artinya mengandung kolostrum, jadi banyak (mengandung) antibodi," ujarnya.
Ia menambahkan, perbedaan komposisi ASI manusia dengan susu formula yang bahan dasarnya susu sapi juga harus dijelaskan. Jadi, informasi mengenai komposisi ASI, kenapa ASI dipilih, bagaimana kekebalan bayi kalau menerima ASI bisa dijelaskan secara pelan-pelan.
Tak hanya itu, ia menyebut bonus memberikan ASI untuk bayi adalah keterikatan emosional dengan anak (bonding). Ia menjelaskan, ibu yang memberikan ASI juga memiliki kelebihan bisa melangsingkan tubuh.