REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) menjelaskan, rezeki alamiah yang tersimpan dalam bentuk lemak di tubuh makhluk hidup bisa bertahan selama kira-kira 40 hari.
Bahkan bisa bertahan dua kali masa tersebut jika seseorang terserang penyakit atau tenggelam dalam kehidupan rohani.
Nursi mengatakan, rezeki alamiah yang bisa bertahan 40 hari atau bahkan 80 hari tersebut menjadikan manifestasi nama Allah SWT sebagai Dzat yang Mahamemberi rezeki terlihat dengan jelas. Rezeki tersebut mengalir dari arah yang tak diduga, yaitu dari puting ibu dan keluar dari kelopak-kelopak bunga.
Tentu saja, nama tersebut (Allah SWT) menyokong, membantu, dan menghalangi makhluk itu dari kematian akibat lapar sebelum rezekinya berakhir selama hal-hal yang buruk tidak masuk ke dalamnya akibat perilaku yang salah.
Karena itu, menurut Nursi, mereka yang mati karena lapar sebelum empat puluh hari, sebetulnya tidak mati karena ketiadaan rezeki, tetapi karena kebiasaan yang muncul akibat buruknya ikhtiar lantaran meninggalkan kebiasaan yang ada.
Sebab, ada kaidah yang berbunyi, “Meninggalkan kebiasaan termasuk di antara faktor yang membinasakan.” Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa tak ada kematian akibat kelaparan adalah benar.
"Ya, kenyataan yang kita lihat menunjukkan bahwa urusan rezeki berbanding terbalik dengan kekuatan dan ikhtiar manusia," jelas Nursi dalam bukunya yang bejudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 127-128.
Sebagai contoh, lanjut Nursi, janin yang belum lahir yang masih berada di rahim ibunya, ia tidak mempunyai kemampuan usaha dan ikhtiar. Tetapi, rezeki janin tersebut mengalir tanpa perlu melakukan tindakan apaapa, meskipun untuk sekadar menggerakkan kedua bibirnya.
Lalu ketika ia sudah bisa membuka kedua matanya dan lahir ke dunia di mana ia masih tidak memiliki kemampuan apa-apa kecuali sekadar manifestasi naluri alamiah dan perasaannya, ketika itu sumber-sumber makanan yang terdapat di payudara segera memancarkan rezeki berupa makanan yang paling sempurna dan paling mudah ditelan dalam bentuk yang paling halus dan mengagungkan dengan gerakan berupa memasang mulutnya pada payudara ibunya.
Baca juga: Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
Selanjutnya, tanbah Nursi, setiap kali kemampuan usaha dan ikhtiarnya berkembang, setiap itu pula rezeki yang tadinya datang dengan mudah itu sedikit demi sedikit tertutup.
Lalu dikirimlah rezekinya dari berbagai tempat yang lain. Namun karena kemampuan usahanya belum siap untuk mencari rezeki, Allah Sang Mahapemberi rezeki menjadikan kasih sayang kedua orang tuanya sebagai bantuan baginya.
Dan ketika kapasitas kemampuan usahanya mulai sempurna, rezeki tersebut tidak lagi menemuinya dan tidak lagi mengalir kepadanya. Tetapi ia diam sambil berkata, “Mari carilah aku!”
"Dengan demikian, rezeki berbanding terbalik dengan kekuatan dan ikhtiar manusia. Karenanya, binatang yang tidak mempunyai kemampuan usaha seperti manusia bisa hidup secara lebih baik ketimbang makhluk lainnya seperti yang telah kami jelaskan dalam beberapa risalah," kat Nursi.