Jumat 23 Dec 2022 07:51 WIB

Pasca-G20, Erick: Kita tak Hanya Sejajar, tapi Harus Bersaing dengan Negara Maju

Erick menilai G20 menjadi titik balik bagi Indonesia untuk tak lagi menjadi penonton

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan KTT G20 menjadi momentum tepat dalam meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional.(ilustrasi).
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan KTT G20 menjadi momentum tepat dalam meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional.(ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan KTT G20 menjadi momentum tepat dalam meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional. Erick tak ingin momentum G20 hilang begitu saja tanpa berdampak signifikan bagi Indonesia di mata dunia.

"Setelah G20, kita tidak lagi sejajar (dengan negara maju), tapi bersaing dan memenangkan persaingan," ujar Erick saat menghadiri Perayaan Hari Ibu dan Peluncuran Program Srikandi BUMN Berkarya dan Bertalenta di Telkom Landmark Tower, Jakarta, Kamis (22/12/2022) lalu.

Baca Juga

Erick menilai G20 menjadi titik balik bagi Indonesia untuk tak lagi menjadi penonton, melainkan sebagai pemain global. Erick menilai sudah seyogyanya kekayaan alam dan market yang besar menjadi bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja Indonesia.

"Kita sudah sejajar dengan banyak bangsa besar tapi jangan setelah G20 selesai begitu saja, itu jadi titik kita sebagai bangsa berkompetisi dan harus menang, bukan hanya sejajar," ucap Erick.

BUMN sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia, ucap Erick, harus menjadi garda terdepan dalam membawa Indonesia memenangkan persaingan di tingkat global. Melalui transformasi, ucap Erick, BUMN kini sudah berubah ke arah yang lebih baik.

Ia menggambarkan capaian laba konsolidasi BUMN yang meningkat dari Rp 124 triliun pada 2021 menjadi Rp 155 triliun hingga kuartal III 2022. Pun dengan kontribusi total BUMN kepada negara sebesar Rp 1.198 triliun terdiri atas pajak, bagi hasil, PNBP, dan dividen pada 2020 hingga 2022 atau lebih tinggi Rp 68 triliun dari kumulatif tiga tahun pada 2017 hingga 2019 yang sebesar Rp 1.130 triliun.

"Saya mau BUMN mulai kompetisi dan menang. Kita sudah buktikan probabilitas dan kontribusi BUMN kepada negara yang terus meningkat," lanjut Erick.

Erick mengatakan rasio utang BUMN juga terus mengalami penurunan dari 38 persen menjadi 34 persen. Kendati begitu, Erick tak menampik jika masih ada BUMN dalam kondisi kurang sehat. Untuk itu, ia meminta transformasi BUMN tetap harus berjalan secara berkesinambungan.

"Saya selalu sampaikan, jangan sampai transformasi yang sudah berjalan baik ini selesai tahun depan atau 2024 karen pemilu," sambung dia.

Oleh karena itu, Erick tengah membuat terobosan dalam cetak biru BUMN pada 2024 hingga 2034 dengan merampingkan jumlah BUMN hingga 30 BUMN. Tak hanya itu, Erick juga menyederhanakan 45 peraturan menteri (Permen) BUMN menjadi tiga Permen BUMN, dan menerapkan daftar hitam bagi individu bermasalah agar tidak bisa lagi menduduki posisi di BUMN.

"Dari 108 BUMN menjadi 41 BUMN, nanti 30 BUMN. Ini supaya punya BUMN yang besar besar dan sehat. Kalau dulu perang itu pakai senjata, sekarang dengan ekonomi. BUMN seyogyanya terdepan dalam menjaga ketahanan ekonomi dan melalukan intervensi," kata Erick menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement