Jumat 23 Dec 2022 10:57 WIB

AS Siap Bantu China Atasi Lonjakan Kasus Covid-19

AS siap menyediakan China bantuan kesehatan apa pun yang diperlukan.

 Pasien pulih di Rumah Sakit Pusat No. 2 Baoding di kota Zhuozhou di provinsi Hebei, China utara pada Rabu, 21 Desember 2022. China hanya menghitung kematian akibat pneumonia atau gagal napas dalam jumlah kematian resmi COVID-19, kata seorang pejabat kesehatan China , dalam definisi sempit yang membatasi jumlah kematian yang dilaporkan, karena wabah virus melonjak setelah pelonggaran pembatasan terkait pandemi.
Foto: AP/Dake Kang
Pasien pulih di Rumah Sakit Pusat No. 2 Baoding di kota Zhuozhou di provinsi Hebei, China utara pada Rabu, 21 Desember 2022. China hanya menghitung kematian akibat pneumonia atau gagal napas dalam jumlah kematian resmi COVID-19, kata seorang pejabat kesehatan China , dalam definisi sempit yang membatasi jumlah kematian yang dilaporkan, karena wabah virus melonjak setelah pelonggaran pembatasan terkait pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) siap membantu China mengatasi gelombang infeksi virus corona yang terus meningkat yang berpotensi memunculkan lagi varian COVID-19 di seluruh dunia. Hal itu disampaikan Menteri luar Negeri Antony Blinken pada Kamis (22/12/2022) waktu setempat.

"Kami ingin melihat China mengendalikan wabah ini," kata Blinken kepada awak media di Departemen Luar Negeri.

Baca Juga

"Kapanpun virus menyebar atau berpindah-pindah, ada kemungkinan varian baru (virus) berkembang, bahkan menyebar lagi."

Blinken mengatakan AS memiliki kepentingan yang jelas di Beijing, termasuk kepentingan ekonomi. AS siap menyediakan China bantuan kesehatan apa pun yang mereka butuhkan. Namun, Beijing belum meminta bantuan apa pun, katanya.

"Seperti yang Anda ketahui bahwa kami adalah donor vaksin terbesar, kami siap untuk terus mendukung orang-orang di seluruh dunia, termasuk di China, dengan ini dan dengan dukungan kesehatan COVID-19 lainnya."

"China tidak disuruh untuk meminta bantuan itu," katanya. 

"Tetapi sekali lagi, kami sepenuhnya siap memberikan bantuan kepada siapa pun yang meminta, jika menurut mereka bermanfaat."

China mengalami lonjakan drastis kasus COVID-19 ketika pihaknya langsung menyudahi kebijakan nol COVID-19, yang kerap menghentikan ekonomi negara karena pembatasan ketat terhadap mobilitas masyarakat.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu mengaku "sangat prihatin" dengan "situasi yang berkembang di China, dengan meningkatnya laporan penyakit parah."

"Guna melakukan penilaian risiko komprehensif tentang situasi di lapangan, WHO membutuhkan informasi lebih rinci mengenai tingkat keparahan penyakit, rawat inap, dan keperluan pendukung ICU," katanya, merujuk pada unit layanan intensif.

"WHO mendukung China untuk berfokus pada upayanya memvaksinasi orang-orang yang paling berisiko di seluruh negeri dan kami terus memberikan dukungan untuk pelayanan klinis dan melindungi sistem kesehatan mereka," katanya.

Baca juga : Pemkab Siap Fasilitasi Usulan Pembentukan Kabupaten Bekasi Utara

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement