Jumat 23 Dec 2022 18:47 WIB

Pandemi Mereda, Berapa Banyak Orang yang Masih Ingin Kerja Remote? Ini Surveinya

Microsoft melakukan survei terhadap 20 ribu orang di 11 negara tentang kerja hybrid.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Bagi sebagian orang, bekerja dari rumah mungkin bukanlah hal yang mudah (Foto: ilustrasi bekerja dari rumah)
Foto: PickPik
Bagi sebagian orang, bekerja dari rumah mungkin bukanlah hal yang mudah (Foto: ilustrasi bekerja dari rumah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat perubahan dalam banyak lini kehidupan. Sejak pandemi, konsep rapat daring dan berbagai kegiatan yang digelar secara hybrid menjadi hal yang lumrah. Berawal pada 2020, sampai sekarang konsep hybrid pun mulai diterima secara luas.

Territory Channel Manager Microsoft Indonesia Kevianda Kamarullah mengatakan, saat ini orang makin menerima konsep modifikasi, antara tatap muka yang dipadu dengan berkegiatan di dalam rumah. Ia menjelaskan, menurut riset Microsoft Work Trend Index, 73 persen karyawan ingin opsi kerja remote tetap ada.

Baca Juga

Survei Microsoft ini dilakukan terhadap 20 ribu orang di 11 negara. Microsoft juga menganalisis triliunan sinyal produktivitas dari Microsoft 365 secara anonim bersama dengan tren tenaga kerja dari LinkedIn dan temuan Glint People Science.

ternyata 67 persen karyawan mengatakan ingin lebih banyak kerja langsung atau kolaborasi pascapandemi. "Ada pula, 58 persen karyawan yang lebih fokus apa bila bekerja di kantor. Karena, ujian bekerja dari rumah bisa jadi karena ada anak, mengantuk, dan sebagainya," ujar Kevianda.

Di sisi lain, dia melanjutkan, ada pula paradoks yang menyelimuti keinginan para karyawan untuk bekerja lebih fokus di kantor. Mereka, kata Kevianda, merasa dilema juga mengingat ada banyak upaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menuju ke kantor.

Mulai dari bermacet-macetan di jalan, cuaca buruk, hingga ongkos transportasi yang jadi pertimbangan. Dari segi para pimpinan perusahaan, hanya 12 persen pemimpin yang percaya bahwa timnya produktif ketika bekerja dari rumah.

Jadi, menurut Kevianda, ada celah atau gap antara kepercayaan para manajemen dan karyawan terkait pemberlakuan kebijak an apakah saat ini karyawan sebaiknya bekerja dari rumah atau kantor. Berbagai pertimbangan yang harus juga menjadi pertimbangan pun ternyata tak hanya bicara tentang produktivitas.

Ada pula faktor keamanan siber yang juga harus menjadi pertimbangan. Kevianda mengatakan, menurut riset dari Homeland Security Secretary Alejandro Mayorkas yang diberitakan oleh ABC News pada 6 Mei 2021, ada lebih dari 300 persen serangan ransomware dalam setahun terakhir.

Dari kenaikan ini, ada lebih dari 50 persennya ditargetkan pada bisnis menengah. "Jadi, bukan hanya menyerang yang level nya enterprise, melainkan juga menyerang yang level medium bisnis. Artinya apa? Artinya, memang lini bisnis kini makin rentan terhadap berbagai serangan," ujar Kevianda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement