Jumat 23 Dec 2022 15:46 WIB

Indonesia Sambut Baik Strategi Baru Korsel Bagi Indo-Pasifik

Cakupan kerja sama Indo-Pasifik lebih luas dari NSP

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bendera Korea Selatan. Penasihat Hubungan Politik dan Organisasi Internasional untuk Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul Riza Hera Wardhana mejelaskan, cakupan kerja sama Indo-Pasifik sangat luas dibandingkan New Southern Policy (NSP). Tidak hanya bagi ASEAN, India, Australia, dan Selandia Baru, tetapi juga Amerika Serikat dan Eropa.
Foto: EPA
Bendera Korea Selatan. Penasihat Hubungan Politik dan Organisasi Internasional untuk Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul Riza Hera Wardhana mejelaskan, cakupan kerja sama Indo-Pasifik sangat luas dibandingkan New Southern Policy (NSP). Tidak hanya bagi ASEAN, India, Australia, dan Selandia Baru, tetapi juga Amerika Serikat dan Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menganggap Korea Selatan (Korea Selatan) sebagai salah satu negara penting dalam kawasan Indo-Pasifik. Negeri ini pun menyambut baik strategi baru Negeri Ginseng tersebut terkait Indo-Pasifik.

Penasihat Hubungan Politik dan Organisasi Internasional untuk Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul Riza Hera Wardhana mejelaskan, cakupan kerja sama Indo-Pasifik sangat luas dibandingkan New Southern Policy (NSP). Tidak hanya bagi ASEAN, India, Australia, dan Selandia Baru, tetapi juga Amerika Serikat dan Eropa.

"Kebijakan tersebut memang sangat ditunggu-tunggu oleh dunia internasional," ujar Riza dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) baru-baru ini. Ia menambahkan, kebijakan baru Indo-Pasifik dari Korea Selatan itu membuka peluang kerja sama lebih besar dengan ASEAN dan Indonesia.

Ia menilai, salah satu yang harus dilakukan Korsel, ASEAN, dan Indonesia yaitu memperkuat soft diplomacy di kawasan. Hal itu bisa dilakukan lewat pendekatan sosial dan budaya yang selama ini sudah terjalin secara baik bagi perdamaian. 

Dilanjutkannya, Presiden Joko Widodo berulang kali menekankan sikap bebas aktif di mata dunia. Salah satunya menggunakan pendekatan dialog.

"Politik bebas aktif Indonesia bisa diterapkan untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Agenda G20 sudah membuktikan Indonesia tidak memihak dan mengedepankan dialog dalam mencari solusi dari sebuah masalah," jelas dia.

Perlu diketahui, pemerintah Korsel menempat strategi baru dengan tiga visi khusus untuk kawasan Indo Pasifik yaitu mengutamakan perdamaian, kemakmuran dan kebebasan. Berbagai strategi baru itu diterapkan dalam sembilan prioritas untuk kerja sama mengembangkan Indo Pasifik bersama negara-negara lain termasuk Indonesia.

Diplomat Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta Choi Shin-hye menambahkan, beberapa strategi itu menjadi langkah nyata pemerintah Korsel kepada negara-negara di kawasan Indo-Pasifik. Korsel berupaya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran.

Ia pun menjelaskan lebih detil terkait poin kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran yang digaungkan Korsel dalam kerja sama Indo-Pasifik. Pertama, terkait kebebasan, Korsel berusaha mempromosikan nilai-nilai inti termasuk kebebasan, demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia, sehingga memperkuat tatanan internasional berbasis aturan.

Kedua, soal perdamaian, Korsel akan memainkan peran aktif dalam mencegah perselisihan dan konflik bersenjata serta mendorong penyelesaian perselisihan secara damai melalui dialog. "Termasuk upaya mencapai denuklirisasi Korea Utara, meningkatkan kemitraan di bidang non-proliferasi dan kontraterorisme, serta mempromosikan keamanan maritim, dunia maya, dan kesehatan," tuturnya.

Ketiga, Negeri Ginseng itu akan mendukung kesejahteraan di kawasan melalui tatanan ekonomi yang terbuka dan adil. Ditegaskan pula, Korsel akan meningkatkan ketahanan rantai pasokan, memperluas jaringan untuk keamanan ekonomi, dan mendorong ekosistem ekonomi serta teknologi yang kooperatif dan inklusif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement