REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul menemukan ratusan anak menderita tuberkulosis (TBC). Sejak Januari hingga September 2022, ditemukan 619 anak di Bantul menderita TBC.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Bantul Abednego Dani mengatakan, sebagian besar dari kasus tersebut merupakan anak di bawah umur lima tahun (balita). Setidaknya, 519 kasus di antaranya merupakan balita.
"Yang membuat kami surprised 619 TB anak, ini meningkat cukup tajam. Dan yang lebih membuat kami surprised lagi, yang 519 itu di kisaran usia nol sampai lima tahun," kata Abednego, Jumat (23/12/2022).
Ratusan kasus TBC pada anak di Bantul ditemukan dari laporan rumah sakit dan investigasi kontak erat dari pasien TBC. Kasus TBC pada anak tersebut, katanya, karena adanya kontak dengan orang dewasa.
"TB anak itu kan penularannya harus ada orang dewasa. Karena menurut pedoman yang kita yakini, juga sudah ada di IDAI, kasus TB antara anak itu tidak menular, tapi harus ada orang dewasa di sekitar yang dia memang TB atau mempunyai gejala mirip TB," ujar Abednego.
Pihaknya juga mengalami kendala saat dilakukannya deteksi TBC pada orang dewasa dengan TBC laten atau yang tidak memiliki gejala. Sebab, TBC laten justru berbahaya karena penderita tidak terlihat menderita TBC dan tidak terdeteksi, sehingga saat kontak dengan anak-anak dapat menularkan TBC.
"Terbaru kemarin, anak usia tiga tahun dia terdiagnosa TB secara klinis, itu orang tuanya sehat-sehat saja. Nah ini fasenya laten, ini yang berbahaya dari tuberkulosis," jelasnya.
Dengan banyaknya anak yang ditemukan menderita TBC di Bantul, dilakukan upaya terapi profilaksis tuberkulosis terhadap kontak erat pasien yang mendapat hasil negatif tes cepat molekuler (TCM). TCM merupakan metode pemeriksaan untuk mengetahui seseorang menderita TBC.
Selain itu, pemberian obat untuk pencegahan TBC juga diberikan selama sebulan penuh kepada kontak erat pasien TBC. "Kontak erat kita wajibkan cek semua untuk TB. Mirip kalau kontak tracing Covid-19, terus kita PCR. Kalau TB kita tesnya namanya PCM. Nah, kalau negatif kita beri terapi profilaksis," tambahnya.
Abednego menyebut kasus TBC yang ditemukan di Bantul hingga triwulan III 2022 mengalami kenaikan signifikan dari tahun sebelumnya. Pasalnya, dalam periode yang sama di 2021 lalu, Dinkes Bantul mencatat kasus TBC mencapai sekitar 500 kasus."Temuan 1.216 hingga triwulan III ini," ujarnya.