REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Natal tahun lalu, gemerlap lampu dan pohon Natal besar menghiasi Sophia Square di Kiev. Namun pada Natal tahun ini, cahaya itu redup. Di alun-alun itu berdiri sebatang pohon sederhana yang hanya memancarkan lampu biru dan kuning.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah menargetkan infrastruktur energi, yang bertujuan untuk memotong listrik dan pemanas ke Ukraina di tengah musim dingin. Pemerintah Ukraina berusaha bergerak secepat mungkin untuk memulihkan listrik. Pihak berwenang telah memberlakukan beberapa pembatasan dan pemadaman listrik terjadwal. Dengan pemadaman bergilir tersebut, tidak ada kota yang secara tradisional berkilauan selama musim Natal.
Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko, mengumumkan pemasangan pohon Natal di Sophia Square. Dia mengatakan, pohon itu diberi nama "Pohon Tak Terkalahkan".
"Kami memutuskan bahwa kami tidak akan membiarkan Rusia mencuri perayaan Natal dan Tahun Baru dari anak-anak kami. Nama itu, kami sematkan karena kami orang Ukraina tidak dapat dihancurkan," ujar Klitschko.
"Pohon Tak Terkalahkan" diresmikan pada 19 Desember, tepat pada hari yang sama ketika Rusia melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap Kiev. Serangan itu hanya merusak pembangkit listrik, dan tidak menyebabkan pemadaman besar-besaran di kota.
Tahun-tahun sebelumnya, puluhan ribu bola lampu menghiasi Sophia Square dan juga alunan musik. Biasanya, orang-orang datang ke alun-alun sembari membawa keceriaan. Namun kini satu-satunya kebisingan di alun-alun adalah suara generator yang menyalakan lampu pohon setinggi 12 meter. Di atas pohon itu tidak ada bintang Berleher, melainkan trisula, yaitu simbol Ukraina.
Sebelum pemerintah Kiev memutuskan untuk memasang pohon Natal itu, ada beberapa perdebatan tentang apakah pemasangan pohon itu tepat dilakukan di tengah tragedi dan perang. Diskusi serupa terjadi di seluruh negeri, dan beberapa daerah memutuskan tidak memasang pohon. Tapi sekarang, beberapa orang menyukai inisiatif pemasangan pohon itu.
“Kami bersyukur setidaknya bisa melihat sesuatu di saat-saat seperti ini,” kata Oleh Skakun (56 tahun) saat peresmian pohon tersebut, Senin (19/12).
Skakun mengatakan, biasanya setiap tanggal 19 Desember, yang bertepatan dengan hari ulang tahun istrinya, mereka biasa pergi melihat pohon Natal di selatan Kota Kherson, tidak jauh dari rumah mereka. Tapi tahun ini, Skakun dan istrinya tidak dapat melihat pohon Natal karena rumah mereka ditempati oleh pasukan Rusia, dan mereka harus melarikan diri ke Kiev pada Agustus. Meski sedih, Skakun mengatakan, mereka ingin tetap menjaga tradisi mengunjungi pohon Natal.
"Dua puluh orang Rusia tinggal di rumah saya sekarang, mereka menyiksa orang, mereka menyiksa anak saya. Tapi kami datang ke sini untuk sedikit menghibur, untuk melihat orang-orang, perayaan", Larysa Skakun (57 tahun), sambil menangis.
Di antara kota-kota lain yang juga memutuskan untuk memasang pohon Natal adalah Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina yang selama berbulan-bulan berada di tepi garis depan dan terus-menerus diserang oleh rudal Rusia. Di kota itu, pohon Natal tidak ditempatkan di alun-alun, melainkan di dalam stasiun kereta bawah tanah utama.
Bagi sebagian orang Ukraina, sulit untuk merayakan apa pun pada Natal tahun ini. Anna Holovina (27 tahun) datang ke Sophia Square untuk melihat pohon Natal yang tampak sederhana. Holovona mengatakan, dia terus memikirkan kampung halamannya di wilayah Luhansk, yang diduduki pasukan Rusia sejak 2014.
“Saya merasakan kesedihan. Saya merasakan sakit. Saya tidak merasakan liburan sama sekali. Keluarga saya berada di Kiev, tetapi kampung halaman saya telah diduduki selama delapan tahun sekarang," kata Holovina.