Ahad 25 Dec 2022 18:29 WIB

Putin: Rusia Siap Negosiasikan Solusi Konflik Ukraina

Putin menyebut keputusan untuk berunding perlu diambil guna melindungi warga Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andri Saubani
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, pihaknya membuka peluang negosiasi terkait konflik di Ukraina. (ilustrasi)
Foto: Mikhail Metzel, Sputnik, Kremlin Pool Photo v
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, pihaknya membuka peluang negosiasi terkait konflik di Ukraina. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyampaikan bahwa negaranya siap bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat untuk menghentikan konflik di Ukraina. Menurutnya, keputusan untuk berunding memang perlu diambil guna melindungi warga Rusia.

 

Baca Juga

"Kami siap untuk bernegosiasi dengan semua orang yang terlibat tentang solusi yang dapat diterima, tetapi itu terserah mereka. Bukan kami yang menolak untuk bernegosiasi, mereka yang menolak," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Rusia, Ahad (25/12/2022).

Meski terkesan melunak, Putin yakin tawaran negosiasi adalah hal yang tepat. “Saya percaya bahwa kami bertindak ke arah yang benar, kami membela kepentingan nasional kami, kepentingan warga negara kami, rakyat kami. Dan kami tidak punya pilihan lain selain melindungi warga negara kami,” ucapnya.

Dengan pernyataan terbarunya, sepanjang pekan ini Putin telah dua kali menyampaikan kesiapan Rusia terlibat dalam perundingan guna mengakhiri konflik di Ukraina. "Tujuan kami bukan untuk memutar roda konflik militer, tetapi sebaliknya, untuk mengakhiri perang ini. Kami akan berusaha untuk mengakhiri ini, dan tentu saja lebih cepat lebih baik," ujar Putin pada Kamis (22/12/2022) lalu.

 

Menurut Putin, semua konflik bersenjata akan berakhir lewat jalur diplomatik. "Cepat atau lambat, pihak mana pun dalam keadaan konflik duduk bersama dan membuat kesepakatan. Semakin cepat kesadaran ini datang pada mereka yang menentang kami, semakin baik. Kami tidak pernah menyerah dalam hal ini," ucapnya. 

Konflik Rusia-Ukraina telah berlangsung selama 10 bulan. Sepanjang konflik, Kiev memperoleh dukungan politik dan militer dari Barat, terutama Amerika Serikat (AS). Terhadap Rusia, Barat menerapkan sanksi ekonomi berlapis dan terberat yang pernah diberlakukan.

Perang Rusia-Ukraina sempat memicu gejolak dalam harga pangan dan energi global. Hal itu membuat negara-negara yang berada di luar blok Barat dan Rusia menyerukan agar konflik di Ukraina segera dihentikan. Sebab negara miskin dan berkembang yang tak terlibat apa pun dalam peperangan tersebut harus turut memikul dampaknya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement