Senin 26 Dec 2022 00:35 WIB

Mengenal Madu Kayan, 'Si Manis' dari Hutan Kalimantan Utara

Madu Kayan dipanen pada malam gulita ketika cahaya langit benar-benar padam.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ilham Tirta
Pengambilan sarang lebah beisi sari madu (ilustrasi).
Foto: ANTARA/JOJON
Pengambilan sarang lebah beisi sari madu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hutan lebat yang mengelilingi pemukiman Desa Data Dian, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, merupakan anugerah alam bagi warga desa. Sebab, di dalam hutan tersebut lebah-lebah madu membuat rumah berupa puluhan sarang di pohon-pohon yang menjulang tinggi hingga puluhan meter.

“Lebah madu, yang disebut penduduk setempat sebagai hingat, bersarang di pohon-pohon yang tinggi. Dalam satu musim panen, warga desa bisa mendapatkan 800 sampai 1.300 kilogram madu. Madu dalam jumlah besar inilah yang menjadi sumber ekonomi masyarakat desa,” kata Sukmareni, Koordinator Divisi Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi seperti dikutip dari keterangan persnya, Ahad (25/12/2022).

Baca Juga

Tapi, bukankah pohon di hutan tak ada yang memiliki? Bagaimana menentukan siapa warga yang berhak memanen?

Rupanya warga telah bersepakat, penemu pertama pohon madu itu adalah pemiliknya. Sang pemilik akan membersihkan semak di sekitar pohon agar lebah terhindar dari serangan musuh, seperti semut dan laba-laba.

Ketika seorang warga menemukan pohon madu yang sekitarnya sudah bersih, ia tahu bahwa pohon madu tersebut sudah ada pemiliknya. Meski begitu, kadang timbul keraguan atau ada klaim lain. Jika terjadi demikian, yang mengklaim akan bekerja sama memanen madu dan membagi rata hasil panen.

"Menurut warga desa yang sudah puluhan tahun memanen madu, tak pernah ada konflik karena masalah klaim seperti itu. Mereka percaya, hutan memberikan hasilnya untuk manusia, sehingga mereka tidak layak memperebutkan hasilnya,” kata Reni. 

Kini sudah hampir 100 pohon madu yang ditandai di hutan. Pohon madu ini juga sudah didata koordinatnya dan tercatat dalam datadian.desa.id. Website ini merupakan aplikasi berisi informasi desa, yang dinamai Potensi Ruang Mikro Aplikasi Informasi Desa (PRM-AID).

Awalnya panen madu ini dikelola secara perorangan, namun kemudian warga membentuk Kelompok Usaha Madu Kayan Bernama Uyang Lahai. Karena menggantungkan hidup pada madu hutan, mereka menjaga hutan dengan tidak menebang pohon madu yang rata-rata berusia ratusan tahun dan pohon lain yang menghasilkan bunga.

Di samping itu, mereka tidak membuka ladang di area hutan yang dijaga. Upaya perlindungan hutan ini juga membantu mencegah dampak perubahan iklim agar tidak semakin parah.

Setiap jenis madu punya rasa yang khas, tergantung jenis bunga yang dihisap oleh lebahnya. Lalu, apa yang bikin madu Kayan berbeda? Chef Mariska Tracy mengatakan, cita rasa madu Kayan cukup manis, tapi tidak terlalu manis.

“Ada aroma dan rasa khas bunga hutan. Teksturnya lebih cair daripada madu lain yang cenderung kental. Ada buihnya, yang menunjukkan madu itu masih alami. Itu berarti kualitasnya bagus dan belum terjamah banyak proses,” kata Mariska.

Ia juga menyebutkan, madu yang bagus pasti harganya jauh lebih mahal daripada madu di pasaran. Dari sisi rasa pun berbeda. Cita rasa madu berkualitas kurang bagus hanya sekadar manis seperti gula, sementara madu berkualitas bagus memiliki rasa manis yang khas. Kualitas madu akan menentukan hasil akhir suatu masakan atau kue.

Reni menambahkan, rasa madu Kayan memang khas dan tajam, karena sumber pakan lebahnya adalah beragam bunga hutan yang masih sangat asri. Musim panen madu yang hanya setahun sekali mengikuti musim bunga di hutan.

“Lebah mulai banyak mengitari hutan, ketika bunga-bunga hutan mulai bermekaran. Ketika bunga sudah berubah menjadi buah sebesar ibu jari, barulah madu dipanen. Agar pemanen tak disengat lebah, dilakukan di kegelapan malam, ketika bulan mati atau tidak ada cahaya langit sama sekali,” kata Reni.

Memanen madu bisa dilakukan hingga dini hari. Jika pada satu pohon terdapat banyak sarang madu, waktu satu malam tidak cukup untuk memanen. Bahkan, kalau di pohon itu terdapat 40 sarang atau lebih, waktu panen bisa sampai tiga hari. Itu pun tidak semua dipanen. Sarang yang lokasinya sulit dijangkau akan ditinggalkan dan dibiarkan mengering.

Reni bercerita, selain menjual madu Kayan untuk mendapatkan penghasilan, warga Data Dian menyimpan sebagian untuk dikonsumsi sendiri secara langsung maupun sebagai campuran minuman. Mereka percaya madu bisa meningkatkan vitalitas dan kebugaran, serta terapi untuk pemulihan kesehatan, misalnya saat terkena flu.

Kue atau kudapan yang menggunakan madu cocok bagi mereka yang tidak suka makanan terlalu manis, karena manisnya madu tidak sekuat manisnya gula. Di samping itu, kue berbahan madu bisa menjadi ide jualan kue premium, karena menggunakan madu berkualitas yang harganya mahal.

Tak mengherankan, jika madu alam seperti madu Kayan terbilang mahal. Perlu keahlian memanjat pohon tinggi, sekaligus keterampilan untuk mendekati sarang madu tanpa terkena sengatan berbahaya. “Ada yang percaya, madu hutan itu dijaga oleh Putri Dayang. Sehingga, untuk memanen madu, seseorang harus meminta kerelaan putri tersebut melalui lantunan lagu yang syahdu. Ada juga yang memanjat pohon dalam diam, sambil berdoa agar diberi kemudahan,” jelas Reni.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement