Senin 26 Dec 2022 09:44 WIB

Perubahan Iklim Hancurkan Penduduk Oasis di Maroko

Oasis berusia berabad-abad yang telah menjadi ikon Maroko.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Perubahan Iklim Ancam Oasis Berusia Berabad-abad di Maroko
Foto: Arab News
Perubahan Iklim Ancam Oasis Berusia Berabad-abad di Maroko

REPUBLIKA.CO.ID, ALNIF -- Perubahan iklim menghancurkan penduduk oasis di Maroko. Penduduk daerah oasis Alnif di Maroko mengatakan, penghuninya tidak dapat menghadapi kekeringan seburuk yang saat ini sedang dihadapi. Tanah kering, beberapa sumur kosong. Kondisi itu membuat kebun palem yang berumur lebih dari 100 tahun tandus.

Oasis berusia berabad-abad yang telah menjadi ikon Maroko berjarak sekitar 170 mil tenggara Marrakesh terguncang akibat dampak perubahan iklim. Di antara mereka yang terkena dampak adalah Hammou Ben Ady.

Baca Juga

Dia adalah seorang pengembara di wilayah Tinghir yang menggembalakan kawanan domba dan kambingnya untuk mencari rumput. Kekeringan memaksanya untuk bergantung pada pemberian pakan ternak dari pemerintah

November biasanya merupakan bulan yang dingin dan basah di Alnif. Ketika hujan tidak turun, raja menyerukan salat hujan di seluruh negeri. Anak-anak memimpin prosesi, memegang papan kayu bertuliskan ayat-ayat Alquran, diikuti oleh pejabat dan warga setempat.

Mereka berkumpul di dekat oasis yang mati ketika imam menyatakan bahwa kekeringan adalah bencana buatan manusia. Hujan akan turun ketika orang-orang menebus dosa-dosa dengan cara memperlakukan planet ini dengan baik.

Salah satu penduduk Mo'chi Ahmad mengatakan, oasis tersebut telah memberikan mata pencaharian bagi penduduk ini selama ratusan tahun. Sekarang oasis terancam punah dan semua orang memperhatikan pohon-pohon palem yang menghilang.

Dalam tiga tahun terakhir, ratusan orang dari daerah oasis telah melarikan diri ke kota-kota dan banyak anak muda bermigrasi ke Eropa, terutama karena kekeringan.  Warga bernama Mohamed Bozama menyalahkan penggalian sumur tanpa izin dan meningkatnya permintaan air dari sumur yang ada telah memperburuk krisis.

Tapi bagi Hassan Bouazza, beberapa solusi ada di tangan masyarakat di wilayah Alnif. Dia adalah orang pertama yang memasang panel surya di ksar atau sebutan untuk kastil di kawasan itu.

Keputusan Bouazza mulai mengandalkan energi ini bisa menghasilkan tenaga untuk menggali sumur dan mengairi lahan sesama petani. “Kita harus belajar untuk hidup dengan situasi yang kita hadapi dan memikirkan cara untuk membuat panas dan kekeringan menguntungkan kita, seperti menggunakan sistem irigasi baru dan tenaga surya," katanya.

Bouazza menyerukan agar penduduk oasis diberi pelatihan untuk membantu beralih dari irigasi tradisional ke irigasi tetes yang membutuhkan air jauh lebih sedikit. Namun terkadang, menurut Bouazza, sulit untuk tidak putus asa saat peringatan iklim diabaikan.

“Ini seperti seorang anak kecil memegang burung yang sekarat di tangannya, dan yang dia lakukan hanyalah tertawa. Beginilah cara kami memperlakukan Ibu Pertiwi," ujar Bouazza. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement