REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riya adalah mengharapkan pujian atau pandangan baik di mata orang-orang ketika melakukan amal shaleh. Misalnya, melaksanakan sholat agar dianggap shaleh, bersedekah agar dianggap dermawan, dan semacamnya.
Seorang Muslim perlu mewaspadai perbuatan riya karena bisa memasuki celah dalam jiwa tanpa disadari. Setan ketika gagal menjerumuskan manusia ke dalam dosa yang tampak atau zahir, maka akan melakukan cara lain yaitu dengan menjerumuskan manusia dalam dosa-dosa yang tersembunyi.
Dalam kondisi demikian, amal ibadah yang telah dikerjakan oleh seseorang pun menjadi sia-sia hanya karena dosa hati yang bernama riya itu. Disebut dosa hati karena tidak ada orang yang tahu apakah ia berbuat riya atau tidak. Yang tahu hanya dirinya sendiri.
Berbuat ikhlas memang sulit karena setan tidak henti-hentinya membuat manusia berbuat dosa terselubung, dengan menyelinap ke dalam hati manusia. Sehingga hanya segelintir saja yang bisa ikhlas mengerjakan amal shaleh. Banyak orang yang dengan mudahnya mengucapkan kalimat tahlil, tetapi tentu sulit menemukan orang yang ikhlas.
Seorang Muslim juga harus ingat, orang yang berbahagia adalah yang memiliki sebagian dan sebagiannya lagi adalah keikhlasan. Agar terhindar dari riya maka hal yang perlu diwaspadai adalah sikap gengsi, popularitas, dan status atau citra di hati orang lain.
Alquran telah memberi peringatan keras terhadap perbuatan riya. Riya adalah dosa hati yang sangat berbahaya bagi diri seseorang dan amal perbuatan yang telah dikerjakannya. Ini adalah salah satu dosa besar.
Alquran menggambarkan pelaku riya sebagai salah satu sifat orang kafir yang tidak beriman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat, atau orang munafik yang menyatakan diri beriman kepada Allah dan Hari Kiamat tetapi sebenarnya mereka tidak beriman.
Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS Al-Baqarah ayat 264)
Gambaran bagaimana kemunafikan orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat juga dijelaskan dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 38.
Allah SWT berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena ria dan kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat jahat."