Selasa 27 Dec 2022 00:55 WIB

Menteri Baru Brasil: Penolak Hasil Pemilu Ancam Pelantikan Presiden

Pendukung Bolsonaro berkemah meminta pembatalan kemenangan Lula da Silva

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pendukung Presiden Brasil Jair Bolsonaro berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Presiden, di depan Istana Alvorada, di Brasilia, Brasil, 11 Desember 2022.
Foto: EPA-EFE/Andre Borges
Pendukung Presiden Brasil Jair Bolsonaro berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Presiden, di depan Istana Alvorada, di Brasilia, Brasil, 11 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Calon menteri Brasil yang baru mengatakan pengunjuk rasa penolak hasil pemilu yang berkemah di depan markas angkatan darat telah menjadi "inkubator terorisme". Hal ini disampaikan satu hari setelah polisi menjinakkan bahan peledak dan menangkap seorang tersangka. Pelaku diduga berkaitan dengan perkemahan demonstran di Brasilia.

"Kejadian serius kemarin di Brasilia membuktikan perkemahan yang disebut 'patriotik' menjadi inkubator teroris, tidak akan ada pengampunan bagi teroris, pendukung dan pemodal mereka," kata Flavio Dino yang akan menjadi Menteri Kehakiman Brasil di Twitter, Ahad (25/12/2022).

Pendukung Presiden Jair Bolsonaro berkemah di luar markas angkatan darat selama berpekan-pekan. Mereka meminta militer membatalkan kemenangan Presiden terpilih Luiz Inacio Lula da Silva yang akan dilantik 1 Januari.

Dino mengatakan pelantikan Lula akan "mengevaluasi ulang pandangan untuk memperketat keamanan."

Dalam cicitannya yang lain Dino mengatakan ia akan mengusulkan pembentukan "kelompok khusus untuk menghadapi terorisme dan kepemilikan senjata tak bertanggung jawab. Supremasi hukum tidak sesuai dengan milisi politis ini."

Berita tentang bom menambah dimensi baru dalam kekerasan pasca-pemilihan di Brasil. Ketegangan masih tinggi setelah pemilihan paling sengit di Brasil.

Bolsonaro yang belum mengakui kekalahan telah melontarkan klaim tanpa dasar mengenai sistem pemilihan Brasil. Banyak pendukung setianya percaya padanya. Bulan lalu kepala pengadilan pemilihan umum menolak keluhan dari sekutu Bolsonaro yang menantang pemilihan presiden.

Perkemahan di depan markas angkatan darat menjadi salah satu tantangan pemilihan umum paling ekstrem di Brasil. Saat kemenangan Lula diresmikan 12 Desember lalu sejumlah orang yang berkemah menyerang markas besar kepolisian federal Brasil di Brasilia.

Kepala Kepolisian Sipil di Brasilia Robson Candido mengatakan seorang pria berusia 54 tahun dari Negara Bagian Para ditahan. Ia mengaku menanam sebuah alat di truk bensin di dekat bandara Brasilia untuk menimbulkan kekacauan.

"Ia berpartisipasi dalam protes, di depan markas angkatan darat, dan ia bagian dari gerakan yang mendukung presiden saat ini, mereka dalam misi itu, yang menurut mereka ideologis, tapi sudah hilang kendali," katanya.

Polisi juga menemukan senjata serbu dan alat peledak di sebuah apartemen yang disewa seorang pria di Brasilia. Candido mengatakan tersangka tercatat sebagai pemilik senjata dalam kelompok CAC.

CAC merupakan kelompok yang anggotanya naik enam kali lipat hingga 700 ribu orang sejak Bolsonaro terpilih 2018 lalu dan melonggarkan undang-undang kepemilikan senjata api. Candido mengatakan tersangka dan orang yang membantunya mencoba mengaktifkan bahan peledak.

Tapi kemudian perangkat peledakan tersebut mati. Belum diketahui berapa banyak orang yang terlibat dalam kasus tersebut.

"Kami tidak pernah memiliki bom di sini di Brasil," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement