Senin 26 Dec 2022 18:26 WIB

Studi Sebut Orang Tua Cenderung Salah Menilai Kebahagiaan Anak

Penelitian dilakukan oleh psikolog dari Universitas Plymouth di Inggris.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Anak Bermain
Foto: pixabay
Ilustrasi Anak Bermain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua selalu ingin anaknya bahagia. Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa orang tua cenderung salah dalam menilai kebahagiaan anak. Penelitian dilakukan oleh psikolog dari Universitas Plymouth di Inggris.

Berdasarkan temuan studi tersebut, anggapan orang tua tentang kebahagiaan anak-anak diketahui berbeda secara signifikan dari penilaian anak tentang kebahagiaannya sendiri. Akibatnya, berpotensi muncul kesenjangan dalam relasi antara orang tua dan anak.

 

Diterbitkan dalam Journal of Experimental Child Psychology, penelitian mengaitkan perbedaan tersebut dengan "bias egosentris". Orang tua disebut terlalu mengandalkan perasaannya sendiri dalam menilai kebahagiaan anggota keluarga secara keseluruhan.

 

Orang tua dari anak usia 10 dan 11 tahun tercatat secara konsisten melebih-lebihkan kebahagiaan anak mereka. Sementara orang tua yang buah hatinya berusia 15 dan 16 tahun cenderung meremehkan. Padahal, penilaian orang tua atas kebahagiaan anak adalah hal yang sangat penting.

 

Melalui studi terbarunya, para peneliti berharap dapat memberikan informasi berharga untuk memajukan pengetahuan tentang kesejahteraan keluarga. Selain itu, diharapkan bisa membantu meningkatkan hubungan orangtua dan anak serta membuka jalan untuk melakukan intervensi yang lebih baik.

 

Tim peneliti menanyai total 357 anak dan remaja dari dua sekolah berbeda di Spanyol, begitu juga orang tua mereka. Kebahagiaan anak dan remaja dinilai menggunakan berbagai ukuran dan peringkat pelaporan diri. Ada perbedaan mencolok antara penilaian orang tua dan laporan kebahagiaan anak.

 

Menurut salah satu peneliti, Belén López-Pérez, ketidakmampuan orang tua dalam memahami kebahagiaan anak dengan tepat dapat meningkatkan kesalahpahaman antara orang tua dan anak atau remaja. "Ini terbukti berdampak negatif bagi hubungan orang tua dan anak. Selain itu, orang tua mungkin tidak dapat memberikan dukungan emosional yang tepat atau memenuhi kebutuhan anak mereka secara akurat," kata López-Pérez, dikutip dari laman Plymouth, Senin (26/12/2022).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement