Senin 26 Dec 2022 21:20 WIB

Provinsi Hebei Hadapi Krisis Penanganan Medis

Hebei telah menjadi salah satu wilayah yang mengalami peningkatan kasus Covid-19

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria mengangkat peti mati kosong ke dalam mobil van saat kerabat dalam pakaian pemakaman tradisional Tiongkok beristirahat di dekat Rumah Duka Gaobeidian di provinsi Hebei, Tiongkok utara, Kamis, 22 Desember 2022. Jenazah dari Beijing, yang berjarak dua jam berkendara, muncul di pemakaman Rumah duka Gaobeidian, karena rumah duka serupa di Beijing penuh sesak.
Foto: AP Photo
Seorang pria mengangkat peti mati kosong ke dalam mobil van saat kerabat dalam pakaian pemakaman tradisional Tiongkok beristirahat di dekat Rumah Duka Gaobeidian di provinsi Hebei, Tiongkok utara, Kamis, 22 Desember 2022. Jenazah dari Beijing, yang berjarak dua jam berkendara, muncul di pemakaman Rumah duka Gaobeidian, karena rumah duka serupa di Beijing penuh sesak.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Provinsi Hebei, China, menghadapi krisis penanganan medis sejak pemerintah melonggarkan kebijakan nol-Covid. Hebei telah menjadi salah satu wilayah yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 sejak kebijakan pelonggaran diterapkan awal bulan ini.

Kehidupan masyarakat Hebei sebenarnya sudah tampak normal. Jalanan mulai sibuk oleh lalu lintas kendaraan. Restoran dan pasar juga telah dipadati pengunjung. Dalam beberapa hari terakhir, tajuk utama di media pemerintah menyatakan bahwa Hebei sudah melanjutkan kehidupan normalnya.

Baca Juga

Namun hiruk pikuk juga berlangsung di bangsal darurat dan krematorium di Hebei. Meski kasus demam menyusut, banyak kalangan lansia di sana jatuh ke kondisi kritis. Mereka pun kesulitan memperoleh perawatan atau penanganan di rumah sakit. Pengalaman demikian dialami Yao Ruyan, salah satu warga Hebei.

Ibu mertua Yao mengidap Covid-19 dan membutuhkan perawatan medis darurat. Namun semua rumah sakit terdekat tak dapat menangani mertuanya karena ruang perawatan sudah dipenuhi pasien. “Mereka bilang tak ada tempat tidur di sini,” ucap Yao, dikutip dalam laporan Associated Press (AP), Senin (26/12/2022).

photo
Kerabat berkumpul di dekat tempat tidur pasien yang sakit di unit gawat darurat Rumah Sakit Rakyat No. 4 Langfang di kota Bazhou di provinsi Hebei, China utara pada Kamis, 22 Desember 2022. - (AP Photo/Dake Kang)

Di salah satu rumah sakit, Yao sempat memindai paru-paru mertuanya. Hasilnya menunjukkan tanda-tanda pneumonia. Namun karena tak dapat menangani kasus Covid-19 serius, rumah sakit terkait menganjurkan Yao membawa mertuanya ke rumah sakit lebih besar yang berdekatan.

Saat Yao dan suaminya berkendara dari rumah sakit ke rumah sakit, mereka menemukan semua bangsal penuh. Salah satu rumah sakit yang disambanginya adalah Rumah Sakit Zhouzhou. “Saya sangat marah. Saya tidak punya banyak harapan. Kami sudah lama keluar dan saya takut karena dia (mertua) kesulitan bernapas,” ucap Yao.

AP sempat mengunjungi lima rumah sakit dan dua krematorium di Baoding dan Langfang yang berada di Provinsi Hebei. Berdasarkan pantauan AP, di Rumah Sakit Baoding No.2, pasien memadati lorong bangsal darurat. Para pasien bernapas dengan bantuan respirator. Ruang unit gawat darurat (UGD) juga disesaki pasien. Pihak rumah sakit harus menolak ambulans yang datang karena tak bisa lagi menampung pasien.

Kesibukan juga terpantau di krematorium yang disambangi AP. Ambulans bolak-balik mengantarkan jenazah. Tungku untuk proses kremasi beroperasi tanpa jeda karena kematian melonjak selama sepekan terakhir. Seorang pekerja mengungkapkan, dia membakar 20 hingga 30 jenazah per hari. Jumlah itu meningkat antara tiga hingga empat jenazah sebelum China melonggarkan kebijakan nol-Covid.

“Ada begitu banyak orang yang sekarat. Mereka bekerja siang dan malam, tapi mereka tidak bisa membakar semuanya,” kata Zhao Yongsheng, seorang pekerja di toko barang pemakaman yang berada di dekat krematorium.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement