Oleh Lukman Hakiem, Mantan Anggoga DPR, dan mantan staf Ahli Wapres Hamzah Ha dan Penulis Biografi
Yojana yang berarti cakrawala, dipopulerkan oleh (Alm) Ridwan Saidi saat beliau menjadi anggota Fraksi PPP DPR-RI (1977-1982 dan 1982-1987). Saat itu hampir tiap hari wawancara dan tulisan Ridan Saidi (RS) menghiasi media utama nasional. Tidak heran jika saat itu, Dr. Alfan Gaffar berulang kali mengatakan kepada para yuniornya, aktivis HMI Yogya agar jika mau jadi politisi, tirulah Ridwan Saidi yang cerdas, artikulasinya jelas, dan pendapat-pendapatnya selalu menjadi headline di koran_koran utama nasional.
Selain acap memberi komentar yang selalu layak muat. Ridwan Saidi juga dikenal sebagai anggota parlemen yang bisa menuangkan tulisan serius. Tulisan Ridwan Saidi tentang riwayat pergerakan pemuda Islam di Indonesia, acap muncul di --ubtuk menyebut beberapa nama media : Prisma, Panji Masyarakat, Kompas, dan Merdeka,
Pada 1984, bukunya, RS menulis Gerakan Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984. Buku ini diberi Kata Pengantar oleh Dr. Nurcholish Madjid yang memuji Ridwan sebagai anggota parlemen yang tidak kehilangan intelektualitasnya. Melalui (Alm) Agus Edy Santoso, Ridwan Saidi mengirimi saya satu eksemplar buku tersebut.
Selain itu, Ridawan Saidi menulis buku yang berlualitas dan laris manis di pasaran. Buku itu adalah mengenai fakta dan data Yahudi di Indonesia. Dia menelusuri itu hingga peran berbagai tokoh kondang seperti Westeriling dan Snouck Hurgronye.
Entah bagaimana mulanya, pusat obrolan lambat UIN Jakarta, kala itu berpindah tempat dari kantor Media Dakwah di Jl. Kramat Ray 45 ke kediaman Ridwan Saidi di Jl. Merak, Bintaro. Jika awak redaksi Media Dakwah sudah waktunya di-charge, satu per satu awak redaksi datang ke rumah Ridwan Saidi.
Maka percakapan hangat diiringi kepulan asap rokok memenuhi ruang tamu rumah Ridwan Saidi. Perbincangan ini berlangsung hingga menjelang subuh. Menjelang tengah malam, ketika terdengar tukang sate padang lewat di depan rumah, Ridwan Saidi segera keluar rumah, dan berteriak memesan sejumlah porsi sate.
Majelis T#klim ini tidak pernah kehilangan tema kajian, karena Ridwan Saidi selalu siap dengan isu dan gagasan untuk diperbincangkan.
Dipanggul dan dielu-elukan
RIidwan Saidi memang kini sudah jadi legenda. Dalam sejarah DPR sejak zaman Orde Baru hingga hari ini, Ridwan Saidi adalah satu-satunya anggota DPR yang sesudah berpidato dalam sidang papurna DPR disambut ratusan mahasiswa, dielu-elukan dan dipanggul kenluar dariruang sidang. Kala itu Teriakan "Hidup PPP!" "Hidup Ridwan Saidi!" membahana mengiringi prosesi dadakan ala mahasiswa itu.
Entah kapan peristiwa semacam itu akan terulang lagi. Di momentum inilah Ridwan $aidi ditasbihkan diri sebagai legenda. Dia membela perjuangan mahasiswa yang menolak NKK/BKK ala Daoed Joesoef dengan tegas dan cemerlang.
Akhinrya, kepada saya, Ridwan Saidi berpesan: Ente kalo jadi politisi kudu danta (bahasa Bekasi: jelas, terang, tidak abu-abu). Cuma orang yang punya sikapdan perkataannya 'danta' yang dihormati kawan dan lawan politik.