Selasa 27 Dec 2022 14:07 WIB

Prospek Kinerja Positif, Saham Emiten LQ45 Layak Koleksi

Kenaikan suku bunga acuan BI dapat menjadi katalis positif untuk emiten perbankan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi) .
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi) .

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani mengatakan prospek kinerja emiten LQ45 hingga akhir tahun masih akan cukup positif, terutama didorong oleh sektor customer, perbankan, dan energi.

"Meningkatnya konsumsi masyarakat pada momen Natal dan Tahun Baru akan menjadi katalis positif untuk emiten sektor consumer primer dan non primer sub sektor perdagangan ritel," kata Chisty akhir pekan lalu.

Sementara kenaikan suku bunga acuan di akhir tahun ini menjadi level 5,5 persen oleh Bank Indonesia dapat menjadi katalis positif untuk emiten perbankan karena berpotensi untuk meningkatkan net interest margin perbankan. 

Permintaan barang komoditas serta kebutuhan energi yang masih tinggi baik di dalam maupun di luar negeri juga menjadi katalis positif untuk emiten pada sektor energi.

Kinerja emiten LQ45 pada 2023 secara umum terus dapat bertumbuh positif, didorong dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diproyeksikan akan tetap tumbuh hingga 5,3 persen.

Meskipun demikian, katalis negatif atau sentimen pemberat pergerakan pasar untuk saat ini masih seputar tekanan eksternal dari kebijakan moneter yang cukup ketat oleh sejumlah bank sentral di negara-negara global, dan potensi terjadinya peluang resesi pada sejumlah negara di global.

Saham LQ45 yang cukup potensial dan berpotensi melanjutkan pertumbuhan kinerjanya yakni saham perbankan BBCA ataupun BBRI. Kedua emiten bank tersebut memiliki tingkat pertumbuhan kredit yang tinggi.

Mengacu pada laporan kinerja kuartal III 2022 BBCA mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13 persen yoy, melampui pertumbuhan kredit industri yang tercatat 11 persen. Sementara untuk BBRI pertumbuhan kredit juga masih cukup solid, tumbuh sebesar 8 persen yoy. 

Selain perbankan, saham konsumer juga dapat dipertimbangkan mengingat inflasi dalam negeri cukup terjaga 5,42 persen yoy. Daya beli masyarakat juga berpotensi meningkat di tahun depan didukung dengan kenaikan UMP pada tahun 2023. 

"Salah satu emien konsumer yang dapat dicermati adah saham AMRT," kata Chisty.

BBCA 

(Buy on weakness) pada area 8500 dengan target harga resistance pada level 8875, cut loss if break level 8450.

BBRI

(Buy) pada area 4960 dengan target harga resistance pada level 5030, cut loss if break level 4890.

AMRT

(Buy) pada area 2600 dengan target kenaikan harga pada resistance 2680, cut loss if break level 2520.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib Sekuritas membuat informasi ini melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement