Selasa 27 Dec 2022 16:42 WIB

Sebagian Besar Negara Diprediksi Keluar dari Pandemi Covid-19 di 2023, Kecuali Negara Ini

Pakar mengatakan mayoritas populasi dunia sudah mendapatkan kekebalan alami Covid-19.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pakar mengatakan mayoritas populasi dunia sudah mendapatkan kekebalan alami Covid-19.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Pakar mengatakan mayoritas populasi dunia sudah mendapatkan kekebalan alami Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli memprediksi bahwa di tahun 2023 manusia akan keluar dari fase pandemi Covid-19 dan bisa hidup berdampingan dengan virus tersebut. Gelombang infeksi yang terus meneror termasuk dari Omicron dan sub variannya yang dimulai pada akhir 2021, telah menghasilkan begitu banyak kekebalan alami pada populasi manusia sehingga kini sebagian besar negara berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi subvarian baru.

“Saya melihat Amerika Serikat dan sebagian besar dunia secara bertahap keluar dari fase akut pandemi,” kata Lawrence Gostin, pakar kesehatan global Universitas Georgetown seperti dilansir dari The Daily Beast, Selasa (27/12/2022).

Baca Juga

Ahli Epidemiologi dari University of Southern California Jeffrey Klausner juga mengatakan bahwa populasi manusia sudah membentuk kekebalan alami. Karenanya, ketika suatu saat muncul beberapa subvarian virus yang mendominasi, kemungkinan itu tidak akan memengaruhi tingkat keparahan. Dan infeksi baru akan menghasilkan antibodi baru yang kemudian akan memperpanjang kekebalan alami populasi melalui gelombang kasus berikutnya.

“Gelombang akan semakin dangkal dan semakin dangkal dan semakin jauh seperti riak di kolam,” ungkap Klausner.

Pengecualian untuk perlindungan alami ini tertentu saja adalah Cina. Satu-satunya negara besar yang memberlakukan pembatasan sosial (lockdown) ketat hampir sepanjang tahun, dan akibatnya, mayoritas warganya tidak memiliki kekebalan alami. Lonjakan kasus yang terjadi belakangan ini bisa menempatkan China pada posisi bontot soal antibodi COVID.

Jika memang China ingin menumbuhkan kekebalan alami itupun butuh waktu yang cukup lama, mengingat negara itu memiliki 1,4 miliar penduduk. Jika 2023 adalah tahun pertama bagi sebagian besar negara di dunia untuk bernapas lega, itu juga bisa menjadi tahun di mana China benar-benar “terpuruk” untuk pertama kalinya.

Dunia, kecuali China, mendapatkan kekebalan alaminya dengan cara yang sulit seperti saling menularkan Covid. Vaksin meredakan rasa sakit, tetapi antibodi yang diinduksi oleh vaksin tidak bertahan selamanya. Pada akhir tahun 2021, miliaran vaksin telah disuntikan dan booster baru saja tersedia untuk segelintir orang. Pada saat yang sama, banyak negara mencabut pembatasan dalam sektor bisnis, sekolah, dan perjalanan. Saat itulah Omicron muncul.

Lebih mudah menular daripada varian lama tetapi tidak terlalu parah, Omicron mendorong rekor kasus pada akhir 2021 dan awal 2022 serta melahirkan subvarian seperti BA.2, BA.5, dan BQ.1 yang mendorong lonjakan kasus.

Tetapi tren keseluruhan pada tahun 2022 adalah semakin menurunnya rawat inap dan kasus kematian. Di beberapa negara di mana warganya diizinkan kembali beraktivitas secara normal dan hidup beriringan dengan virus, semua antibodi alami yang terkumpul didorong untuk melakukan tugasnya.

Ini adalah siklus yang baik dan memperkuat diri sendiri. “Kekebalan alami akan terus disegarkan saat virus menyebar luas, yang berarti populasi yang dari waktu ke waktu memiliki tingkat kekebalan yang cukup tinggi,” jelas Gostin.

Perlindungan itu memberi kita secercah harapan untuk tahun 2023 dan seterusnya. Ahli epidemiologi di Pusat Penelitian Penyakit Menular Kesehatan Global di University of South Florida, Edwin Michael, menilai, pada akhirnya siklus gelombang berulang akan semakin menurun ke tingkat endemik transmisi rendah yang stabil.

“Varian baru akan menyebabkan lonjakan kasus, tetapi saya percaya dengan kekuatan kekebalan alami. Dengan terbentuknya kekebalan alami, lonjakan kasus akan relatif kecil dan sangat mudah dikelola,” jelas Michael.

Namun berbeda dengan China yang hingga beberapa pekan lalu masih memberlakukan lockdown ketat. Protes publik yang meluas terkait kebijakan Zero Covid itu membuat pemerintah membatalkan lockdown ketat pada 7 Desember lalu.

Ahli epidemiologi memperingatkan bahwa pencabutan lockdown secara tiba-tiba di negara yang belum membangun banyak kekebalan alami dapat membawa bencana karena infeksi parah membanjiri rumah sakit. Hanya beberapa minggu kemudian, prediksi itu sudah terbukti benar. Wabah besar di Beijing telah memaksa otoritas lokal untuk memulihkan beberapa pembatasan yang baru saja mereka cabut.

Orang Cina ingin kembali ke keadaan normal mereka sendiri. Mereka membutuhkan antibodi alami untuk sampai ke sana. Tetapi antibodi alami hanya berasal dari infeksi. Dan infeksi itu, yang berpotensi mencapai puluhan juta, dapat menentukan tahun 2023 di China.

Selama virus beredar, mereka juga selalu bermutasi. Selama lebih dari setahun, mutasi telah memunculkan subvarian Omicron yang mengurangi keefektifan vaksin dan dalam kasus subvarian BQ terbaru, menjadikan terapi antibodi monoklonal tidak efektif sama sekali. Tapi mereka tidak menghindari antibodi alami.

“Mungkin ada banyak tipe subvarian yang berbeda dan tidak ada perubahan dramatis. Kami telah berada di fase varian Omicron atau sub-Omicron sekarang untuk waktu yang lama. Itu harus dilanjutkan,” kata Klausner.

Jika tidak, dan beberapa varian atau subvarian baru muncul yang mampu menghindari antibodi alami kita, seluruh dunia harus menanggung gelombang infeksi tanpa perlindungan kekebalan alami. Begitulah mimpi tahun 2023 yang normal bisa berubah menjadi mimpi buruk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement