REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Amerika Serikat (AS) bersama Ukraina dan sekutunya dari Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ingin mengalahkan Moskow di medan pertempuran. Tak hanya itu, Lavrov pun menyebut mereka ingin menghancurkan Rusia.
“Tindakan negara-negara kolektif Barat dan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky di bawah kendali mereka mengkonfirmasi sifat global dari krisis Ukraina. Bukan rahasia lagi bagi siapa pun bahwa tujuan strategis AS dan sekutu NATO-nya adalah mengalahkan Rusia di medan perang sebagai mekanisme untuk melemahkan atau bahkan menghancurkan negara kita secara signifikan,” kata Lavrov saat diwawancara kantor berita Rusia, TASS, Senin (26/12/2022).
Lavrov mengungkapkan, saat ini Rusia tidak mungkin mempertahankan hubungan normal dengan AS. Dia secara terbuka menyalahkan pemerintahan Presiden AS Joe Biden atas situasi tersebut.
“Secara objektif tidak mungkin untuk menjaga komunikasi normal dengan pemerintahan Biden, yang menyatakan kekalahan strategis di negara kita sebagai tujuan,” ucapnya.
Sebelumnya Lavrov telah mengajukan ultimatum kepada Ukraina untuk memenuhi tuntutan Rusia guna mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama 10 bulan. Namun jika Kiev menolak, tentara Rusia, kata Lavrov, akan memutuskan masalah tersebut.
Pada 25 Desember lalu atau tepat ketika perayaan Natal, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyampaikan bahwa negaranya siap bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat untuk menghentikan konflik di Ukraina. Menurutnya, keputusan untuk berunding memang perlu diambil guna melindungi warga Rusia.
"Kami siap untuk bernegosiasi dengan semua orang yang terlibat tentang solusi yang dapat diterima, tetapi itu terserah mereka. Bukan kami yang menolak untuk bernegosiasi, mereka yang menolak," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Rusia.
Meski terkesan melunak, Putin yakin tawaran negosiasi adalah hal yang tepat. “Saya percaya bahwa kami bertindak ke arah yang benar, kami membela kepentingan nasional kami, kepentingan warga negara kami, rakyat kami. Dan kami tidak punya pilihan lain selain melindungi warga negara kami,” ucapnya.