Selasa 27 Dec 2022 17:40 WIB

DKPP Kota Bogor Segera Sosialisasi Penyakit Kulit Benjol pada Sapi

Antisipasi penularan sangat penting mengingat pasokan sapi dari Jateng dan Jatim.

Red: Agus Yulianto
Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) berusaha menyuntik sapi yang terjangkit benjolan atau Lumpy skin diseses (LSD) yang disebabkan oleh virus pox.
Foto: ANTARA/Rahmad
Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) berusaha menyuntik sapi yang terjangkit benjolan atau Lumpy skin diseses (LSD) yang disebabkan oleh virus pox.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, segera menyosialisasikan antisipasi penyebaran penyakit kulit benjol atau Lumpy skin diseses (LSD) pada sapi, kerbau dan beberapa jenis hewan ruminansia. Penyakit jenis ini sudah ditemukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kita segera sosialisasikan ke peternak, ciri-ciri penyakit kulit benjol pada sapi dan hewan kuku belah lain, sekaligus antisipasi pencegahannya," kata Kepala DKPP Anas Rasmana, Selasa (27/12/2022).

Anas menyampaikan, hasil koordinasi dengan pihak Provinsi Jawa Barat, sapi atau hewan ternak yang terkena penyakit kulit benjol belum ditemukan di 26 kota dan kabupaten wilayahnya, termasuk Kota Bogor.

Namun demikian, kata Anas, antisipasi penularan sangat penting mengingat pasokan sapi pedaging atau sapi potong di Kota Bogor berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut catatan DKPP Kota Bogor sebanyak 700 sapi potong datang ke Kota Bogor per pekan. Sementara, populasi sapi ternak asal lokal Kota Bogor didominasi sapi perah berjumlah 2.500 ekor.

Dikutip dari laman Dinas Pangan Provinsi Bali, Lumpy skin diseses (LSD) atau penyakit kulit benjol adalah penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus cacar. Penyakit LSD menyerang hewan sapi, kerbau dan beberapa jenis hewan ruminansia.

Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, operasi dan kerusakan pada kulit.

Sapi yang terserang LSD menunjukkan beberapa gejala seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas, sehingga penyakit ini bisa juga disebut penyakit kulit benjol, keropeng pada hidung, dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan.

Penularan LSD dapat terjadi dibawa oleh serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat, kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat, penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu, melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan berulang kali, serta pakan dan udara minum yang tercemar oleh penyakit yang terinfeksi.

Menurut Anas, meskipun penularan LSD tidak seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) yang bisa berpindah melalui udara, tapi dampak yang terjadi pada hewan ternak cukup serius, sehingga penyebarannya perlu dihindari.

"Pekan depan kita ada pertemuan dengan peternak, kami akan sosialisasikan antisipasi LSD. Sosialisasi akan bersifat bergilir," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement