Selasa 27 Dec 2022 18:40 WIB

PUPR: Bendungan Sadawarna Bisa Kendalikan Debit Sungai Cipunagara

PUPR mengeklaim Bendungan Sadawarna bisa mengendalikan debit Sungai Cipunagara.

Warga melintasi jalan raya yang terendam banjir di Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat karena meluapnya Sungai Cipunagara. PUPR mengeklaim Bendungan Sadawarna bisa mengendalikan debit Sungai Cipunagara.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Warga melintasi jalan raya yang terendam banjir di Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat karena meluapnya Sungai Cipunagara. PUPR mengeklaim Bendungan Sadawarna bisa mengendalikan debit Sungai Cipunagara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bendungan Sadawarna yang terletak di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dan baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Selasa, disebut bisa mengendalikan sepertiga aliran Sungai Cipunagara, kata pejabat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko menjelaskan bahwa hal itu dimungkinkan karena titik Bendungan Sadawarna terletak pada jarak sekira 43 kilometer dari hulu Sungai Cipunagara.

Baca Juga

"Di sisi lain panjang Sungai Cipunagara 147 kilometer, sehingga dari titik Bendungan Sadawarna ini sepanjang kurang lebih sepertiga daerah aliran Sungai Cipunagara itu Insya Allah bisa dikendalikan," katanyadalam keterangan yang ditayangkan kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden setelah prosesi peresmian Bendungan Sadawarna.

Menurut dia Bendungan Sadawarna memiliki daya tampung sekira 70 juta meter kubik dengan konstruksi panjang bendungan sekira 933 meter dan tinggi 40 meter.

Ia menjelaskan bahwa kehadiran Bendungan Sadawarna tidak serta merta akan menuntaskan ancaman banjir di daerah-daerah hilir maupun yang dialiri Sungai Cipunagara.

Kendati demikian, ia menjelaskan bahwa Bendungan Sadawarna menciptakan retensi debit air sebesar 65 persen, yang secara tidak langsung menimbulkan reduksi sekira 25 persen ketika mencapai kawasan hilir di Pamanukan.

Pihaknya berharap para pemerintah daerah yang dilintasi aliran Sungai Cipunagara, yakni Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Indramayu untuk mulai melakukan pengelolaan aliran air ke sungai.

"Caranya bagaimana? Bermacam-macam. Bisa membuat bipori, sumur resapan, atau embung. Nanti kolaborasi manajemen catchment area dengan pembuatan bendungan, insyaallah ini akan mengurangi yang terdampak banjir di daerah hilir," kata Jarot Widyoko.

Bendungan Sadawarna dibangun sejak tahun 2018 sebelum akhirnya diresmikan Presiden Jokowi dan telah menelan biaya sekira Rp 2,65 triliun dengan manfaat berupa pengairan irigasi untuk persawahan seluas 4.200 hektare.

Salah seorang perwakilan petani Subang, Asroni, mengapresiasi keberadaan Bendungan Sadawarna yang memudahkan keleluasaan dalam pengaturan irigasi persawahan.

"Sebetulnya bukan hanya untuk perairan persawahan, juga bermanfaat untuk perikanan juga. Ini kan airnya dialirkan juga dengan kelompok kami di P3A (Perkumpulan Petani Pengguna Air) itu dimanfaatkan untuk perikanan juga," katanya.

Dalam sambutan sebelum meresmikan Bendungan Sadawarna, Presiden Jokowi menyampaikan harapan bahwa bendungan itu bisa membantu meningkatkan produktivitas padi di Indramayu.

"Kita tahu Indramayu adalah penyumbang surplus (beras) nomor satu terbesar di Indonesia. Kita harapkan tidak turun, tetapi naik seperti tadi Pak Gubernur (Jawa Barat) menyampaikan dari 1,3 juta ton, menjadi 1,8 juta ton untuk Kabupaten Indramayu," kata Presiden.

Presiden meresmikan Bendungan Sadawarna didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badang Pertanahan Nasional Hadi Tjahjano.

Hadir pula Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Bupati Sumedang Donny Ahmad Munir, Bupati Indramayu Nina Agustina, Wakil Bupati Subang Agus Masykur Rosyadi, serta Anggota DPR RI Dedi Wahidi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement