REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Krisis bahan bakar memaksa rumah sakit terbesar di Provinsi Taiz, Yaman menghentikan operasionalnya pada Ahad (25/12/2022). Dalam sebuah pernyataan, Rumah Sakit Umum Al-Thawra mengatakan, kekurangan bahan bakar telah menyebabkan semua bagian rumah sakit ditutup.
"Kehidupan pasien di rumah sakit dalam bahaya," kata pihak rumah sakit, dilaporkan Middle East Monitor, Senin (26/12/2022).
Rumah sakit Al-Thawra beroperasi dengan sumbangan bahan bakar dari badan-badan PBB dan organisasi internasional, selain pengiriman bahan bakar dari otoritas setempat. Pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi berbagi kendali atas Provinsi Taiz di tengah perang saudara yang berkepanjangan.
Konflik Yaman dimulai pada September 2014 ketika pemberontak Houthi merebut sebagian besar negara, termasuk Ibu Kota Sanaa. Sebuah koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah.
Konflik yang telah berjalan selama delapan tahun itu telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Jutaan warga Yaman berisiko kelaparan dan sangat bergantung pada bantuan internasional.
Arab Saudi telah menandatangani perjanjian senilai 20 juta dolar AS dengan Program Pangan Dunia (WFP) untuk memenuhi kebutuhan pangan mendesak bagi warga Yaman yang dilanda perang. The King Salman Center for Relief and Humanitarian Action mengatakan, perjanjian kerja sama itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dasar terhadap kelompok yang paling rentan di Yaman.
Asisten Pengawas Umum Operasi dan Program The King Salman Center for Relief and Humanitarian Action, Ahmed al-Baiz, mengatakan, berdasarkan kesepakatan itu, 16.908 ton tepung terigu akan didistribusikan ke 524.847 warga Yaman di tujuh provinsi.
WFP menyambut baik kontribusi Saudi kepada orang-orang yang membutuhkan di Yaman. Perwakilan WFP Yaman, Richard Ragan, mengatakan, dukungan itu membantu mencegah kelaparan di Yaman.
"Anda melihat keputusasaan untuk mendapatkan makanan di wajah orang-orang, dan kontribusi ini datang pada saat yang kritis bagi keluarga yang paling membutuhkan," ujar Ragan, dilaporkan Middle East Monitor, Ahad (25/12/2022).
Hampir 80 persen penduduk di Yaman membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan. Sementara menurut perkiraan PBB, lebih dari 13 juta orang di Yaman terancam kelaparan.