Rabu 28 Dec 2022 12:53 WIB

Investor Asing Ramai-Ramai Keluar dari Pasar Saham China

Goldman Sachs melihat arus masuk dana asing ke China akan pulih tahun depan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Petugas dengan pakaian pelindung bekerja di depan layar yang menunjukkan pergerakan saham di Shanghai Stock Exchange, Shanghai, China (ilustrasi).
Foto: AP Photo
Petugas dengan pakaian pelindung bekerja di depan layar yang menunjukkan pergerakan saham di Shanghai Stock Exchange, Shanghai, China (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Jumlah investor asing yang membeli saham perusahaan domestik China dilaporkan menjadi yang paling sedikit pada tahun ini. Hal tersebut terjadi setelah pasar saham Cina mengalami aksi jual besar-besaran di tengah pembatasan Covid yang ketat.

Menurut data Bloomberg, Rabu (28/12/2022), investor asing membukukan pembelian bersih 12,5 miliar dolar AS saham di Shanghai dan Shenzhen sepanjang tahun ini melalui hubungan perdagangan dengan Hong Kong. Angka itu sekitar seperlima dari total tahun lalu dan jumlah terkecil sejak 2017.

Baca Juga

Di samping pesimisme ekonomi, anjloknya minat asing terhadap saham perusahaan China juga merupakan bagian dari penurunan yang lebih luas oleh dana global dari China. Pengetatan moneter AS yang agresif melemahkan daya pikat aset berdenominasi yuan termasuk obligasi pemerintah China. 

Meski demikian, pelaku pasar melihat harapan bahwa yang terburuk mungkin akan berakhir setelah China menjadikan pertumbuhan kembali sebagai prioritas.

"Dengan pembelian asing yang diredam tahun ini, kemungkinan aliran masuk akan meningkat tahun depan di tengah ekspektasi pertumbuhan pascaCovid yang lebih tinggi," kata direktur eksekutif di Shanghai Youpu Investment Co. Wang Mingli dilansir Bloomberg. 

Mingli melihat suasana hati di kalangan investor asing telah berubah lebih cerah sejak bulan lalu, ketika arus masuk semakin cepat setelah poros kebijakan Covid Beijing dan dukungan yang lebih kuat untuk sektor properti. Selain itu, meredanya ketegangan China-AS juga memicu rebound yang luar biasa pada saham China. 

Namun, Indeks CSI 300, ukuran saham yang diperdagangkan secara lokal terbesar di China, turun sekitar 21 persen tahun ini, menjadikannya salah satu yang berkinerja terburuk di dunia.

Penurunan itu juga akan menjadi kerugian paling tajam sejak Donald Trump melancarkan perang dagang dengan Beijing pada 2018.

Goldman Sachs Group melihat arus masuk akan pulih tahun depan menjadi 65 miliar dolar AS, sedikit lebih tinggi dari tahun 2021. Sementara kepemilikan asing atas saham yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen diperkirakan naik menjadi 9 persen pada tahun 2030.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement