Rabu 28 Dec 2022 14:47 WIB

2 Peristiwa Banjir Dahsyat yang Diabadikan dalam Alquran

Alquran mengabadikan dua peristiwa banjir dahsyat yang merupakan azab.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi banjir. Alquran mengabadikan dua peristiwa banjir dahsyat yang merupakan azab
Foto: AFP
Ilustrasi banjir. Alquran mengabadikan dua peristiwa banjir dahsyat yang merupakan azab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Banjir adalah genangan atau aliran air di atas daratan yang tidak biasanya tergenang air. Banjir umumnya disebabkan meluapnya air melalui tepian suatu badan air seperti sungai atau danau sehingga menggenangi atau mengalir di luar batas-batas biasanya. 

Sedangkan fluktuasi luapan sungai atau volume danau musiman, yang biasanya disebabkan variasi hujan atau pencairan salju, biasanya bukanlah banjir yang membahayakan kecuali luapan air tersebut membahayakan atau merusak lahan, permukiman, atau ladang-ladang pertanian yang dipakai manusia.  

Baca Juga

Banjir sering kali menyebabkan kerusakan atau kerugian yang besar apabila menerjang daerah permukiman yang terletak di dataran rendah yang berpeluang banjir. Sebenarnya kerugian akibat banjir bisa dihindari apabila dataran banjir tersebut ditinggalkan atau tidak dihuni. 

Hanya saja, sejak dahulu manusia memang senang tinggal di dekat perairan karena mudah mendapatkan air, menggunakannya untuk sarana irigasi dan transportasi, bahkan untuk tempat berdagang. 

Pada saat ini lebih disadari bahwa tinggal terlalu dekat dengan badan air, apalagi yang memiliki fluktuasi luah yang besar, sangat berbahaya mengingat adanya ancaman banjir sewaktu-waktu.

Mengutip Buku Air Dalam Perspektif Alquran dan Sains disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dijelaskan bahwa Alquran menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia yang terjadi pada zaman Nabi Nuh.

Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia saat itu. Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan dengan tergenangnya permukaan bumi dan tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama, dengan air yang jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi. 

فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَىٰ أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ وَحَمَلْنَاهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ

"Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak.” (QS al-Qamar ayat 11-13). 

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh alaihissalam untuk menaikkan ke atas perahu pasangan-pasangan dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. 

Baca juga: 5 Fakta Seputar Nabi Isa yang akan Kembali Bangkit Pertanda Datangnya Kiamat

 

Seluruh manusia di daratan tersebut ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak lakilaki Nabi Nuh yang semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung yang dekat. 

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

“Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (Surat Hud ayat 43).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement