Rabu 28 Dec 2022 18:00 WIB

Italia Jalani Tahun Terpanas Sejak 1800

Italia mengalami kekeringan paling parah dalam 70 tahun terakhir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Turis dan penduduk berjalan di catwalk selama gelombang laut sekitar 97 sentimeter (38,18 inci) untuk menyeberangi Alun-alun St. Mark yang banjir di Venesia, Italia utara, Sabtu, 10 Desember 2022, di mana penghalang kaca yang baru dipasang mencegah air laut membanjiri Basilika St Mark yang ikonik berusia 900 tahun. Alun-alun St. Mark adalah area kota dengan lapisan terendah dan sering berakhir di bawah air selama cuaca ekstrem.
Foto: AP Photo/Domenico Stinellis
Turis dan penduduk berjalan di catwalk selama gelombang laut sekitar 97 sentimeter (38,18 inci) untuk menyeberangi Alun-alun St. Mark yang banjir di Venesia, Italia utara, Sabtu, 10 Desember 2022, di mana penghalang kaca yang baru dipasang mencegah air laut membanjiri Basilika St Mark yang ikonik berusia 900 tahun. Alun-alun St. Mark adalah area kota dengan lapisan terendah dan sering berakhir di bawah air selama cuaca ekstrem.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- National Research Council (NRC) mengumumkan pada Selasa (27/12/2022), wilayah itu mengalami tahun terpanas yang memecahkan semua rekor sejak pencatatan dimulai pada 1800. Ahli iklim lembaga tersebut Bernardo Gozzini mengatakan, temperatur tinggi yang dicatat pada Desember 2022 sejalan dengan 11 bulan yang tersisa.

"Ada rekor tertinggi sepanjang jalan, dimulai pada musim semi, sepanjang musim panas, dan sekarang di musim dingin," ujar Gozzini dikutip dari kantor berita pemerintah China Xinhua.

Baca Juga

Gozzini menyatakan, rekor tahun ini terkait dengan suhu tinggi dan rata-rata yang akan bertahan hingga pergantian tahun. Sedangkan rekor suhu terpanas sebelumnya terjadi pada 2018.

NRC pertama kali mulai melaporkan tentang kemungkinan 2022 sebagai tahun terpanas pada Juli. Kemudian pada Oktober, dikatakan bahwa suhu di Italia utara dan tengah 3,2 derajat Celcius lebih tinggi dari biasanya. Bahkan, NRC juga melaporkan suhu 5 hingga 7 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata pada akhir Desember di sebagian besar Eropa selatan dan tengah, termasuk Italia.

Menurut laporan Anadolu Agency, Italia mengalami kekeringan paling parah dalam 70 tahun terakhir. Kondisi ini akibat panas yang ekstrim dan kurangnya curah hujan sepanjang tahun.

Dengan kekeringan musim panas yang panjang mengurangi permukaan air hingga tiga perempat di sebagian besar sungai utama Italia. Kondisi ini pun akhirnya memangkas sepertiga produksi pertanian. Organisasi petani terbesar di Italia dan Eropa dengan satu setengah juta anggota Coldiretti menyatakan, kekeringan menyebabkan kerugian enam miliar euro, terutama di sektor pertanian.

Kekurangan curah hujan dikombinasikan dengan suhu tinggi yang tidak sesuai musim menyebabkan gletser di kisaran Dolomites Italia utara runtuh pada Juli.

Menurut  Italian Meteorological Society (Nimbus), arus cuaca hangat dari Afrika Utara telah mendorong suhu pada Desember ke titik tertinggi yang tidak sesuai musim. Pejabat Nimbus Daniele Cat Berro mengatakan, suhu tinggi ini akan bertahan setidaknya hingga akhir tahun di Italia tengah dan selatan. Sedangkan pada tingkat global, menurut NRC, 2016 tetap menjadi tahun terpanas, diikuti oleh 2020, 2019, dan 2022.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement