Rabu 28 Dec 2022 19:58 WIB

Rusia Enggan Serahkan Kembali Wilayah Ukraina yang Sudah Dianeksasi

Ukraina telah menyampaikan 10 rencana perdamaian, termasuk pengembalian wilayah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Warga berjalan di halaman depan rumahnya di desa Vysoke, wilayah Kherson, Ukraina, Sabtu, 3 Desember 2022. Pemerintah Rusia mengatakan, mereka tidak akan melepaskan kembali empat wilayah Ukraina yang sudah mereka aneksasi, yakni Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson.
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Warga berjalan di halaman depan rumahnya di desa Vysoke, wilayah Kherson, Ukraina, Sabtu, 3 Desember 2022. Pemerintah Rusia mengatakan, mereka tidak akan melepaskan kembali empat wilayah Ukraina yang sudah mereka aneksasi, yakni Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengatakan, mereka tidak akan melepaskan kembali empat wilayah Ukraina yang sudah mereka aneksasi, yakni Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Moskow menyebut, setiap proposal perdamaian untuk mengakhiri konflik harus memasukkan empat wilayah itu sebagai bagian dari Rusia.

“Tidak ada rencana perdamaian untuk Ukraina yang tidak memperhitungkan realitas hari ini mengenai wilayah Rusia, dengan masuknya empat wilayah (Ukraina) ke Rusia. Rencana yang tidak mempertimbangkan realitas ini tidak bisa damai,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Rabu (28/12/2022).

Baca Juga

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mempromosikan rencana perdamaiannya yang berisi 10 poin. Dalam rencana itu, Zelensky menghendaki agar seluruh pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah Ukraina yang diakui secara internasional. Artinya Rusia harus menyerahkan kembali seluruh wilayah Ukraina yang sudah dianeksasinya, termasuk Krimea.

Pada 20 Desember lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, situasi di empat wilayah Ukraina yang sudah dianeksasi negaranya sulit. Terkait hal itu, dia menekankan perlunya pemaksimalan operasi kontraintelijen untuk menjaring agen mata-mata dan penyabot. “Situasi di Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia sangat sulit,” kata Putin kepada Dinas Keamanan Federal Rusia atau Federal Security Service (FSB).

Dia menyinggung tentang warga Rusia yang telah memilih untuk tinggal dan bekerja di empat “wilayah baru Rusia” tersebut. “Orang-orang yang tinggal di sana, warga Rusia, mengandalkan Anda, pada perlindungan Anda,” ujar Putin.

Putin pun menyampaikan bahwa ketenangan maksimal dan konsentrasi kekuatan diperlukan dalam operasi kontraintelijen Rusia. “Penting untuk secara tegas menekan tindakan badan intelijen asing, untuk segera mengidentifikasi pengkhianat, mata-mata, dan penyabot,” ucapnya.

Pada 30 September lalu, Putin mengesahkan bergabungnya Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, ke Rusia. Empat wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah pendudukan Rusia. Pada 23 hingga 27 September lalu, keempat wilayah itu menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement