REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Habib Ali Al Habsyi memiliki kecintaan yang begitu besar kepada Nabi Muhammad SAW. Luapan cintanya itu tertuang dalam kitab maulid yang disusunnya dengan nama Simtu ad-Durar.
Kitab ini mulai disusun ketika Habib Ali Al Habsyi telah menginjak umur 68 tahun. Tepatnya pada Kamis 26 Shafar 1327 H, Habib Ali mendiktekan paragraf awal dari kitab Maulid Simtu ad-Durar kepada para muridnya.
Habib Ali kemudian memerintahkan muridnya untuk membacakannya. Selalu beberapa waktu, Habib Ali pun melanjutkan penyusunan Maulid Simtu ad-Durar. Dalam majelis lain, Habib Ali melanjutkan penyusunan Maulid Simtu ad-Durar dengan mendiktekan kepada murid-muridnya.
Hingga pada Kamis 10 Rabiul Awwal Habib Ali menyempurnakan penyusunan Maulid Simtu ad-Durar. Pada 12 Rabiul Awwal, Habib Ali membaca maulid Simtu ad-Durar di rumah muridnya yaitu Habib Umar bin Hamid as Seggaf.
Maulid Simtu ad-Durar yang agung ini kemudian mulai tersebar luas di Seiwun, juga di seluruh Hadramaut dan tempat-tempat lain yang jauh. Maulid ini juga sampai ke Haramain yang mulia, Indonesia, Afrika, dan Yaman.
"Dakwahku akan tersebar ke seluruh wujud. Maulidku ini akan tersebar ke tengah-tengah masyarakat, akan mengumpulkan mereka kepada Allah SWT dan akan membuat mereka dicintai Nabi SAW," kata Habib Ali sebagaimana dikutip dalam Biografi Habib Ali Al Habsyi Muallif Simtud Durar yang disusun oleh Habib Husein Anis Al Habsyi yang diterbitkan Pustaka Zawiyah.
Habib Ali menjelaskan bahwa jika seseorang menjadikan Maulid Simtu ad-Durar sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya maka rahasianya (sir) akan tampak padanya.
Membaca Maulid Simtu ad-Durar menghubungkan diri dengan Rasulullah SAW. Habib Ali mengatakan pujiannya kepada Nabi Muhammad SAW dalam Simtu ad-Durar dengan mudah dapat diterima masyarakat karena besarnya cinta Habib Ali kepada Rasulullah SAW.
"Munculnya maulid Simtu ad-Durar di zaman ini akan menyempurnakan kekurangan orang-orang yang hidup di zaman akhir. Sebab tak sedikit pemberian Allah SWT kepada orang-orang terdahulu yang tidak dapat diraih oleh orang-orang zaman akhir, tapi setelah maulid ini datang, dia akan menyempurnakan apa yang telah terlewatkan. Dan Nabi SAW sangat menyukai maulid ini," katanya.