Kamis 29 Dec 2022 01:50 WIB

Kepala BKKBN: Butuh Penyuluh Agama Untuk Turunkan Stunting

Kemenag sadari perlu peran penyuluh agama dalam percepatan penurunan stunting

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr(HC) dr Hasto Wardoyo, saat memberikan sambutan pada acara Halaqoh dan Pembekalan bagi Penyuluh Agama Islam dalam rangka Penurunan Angka Stunting di Provinsi Jawa Tengah, yang dilaksanakan di HA Djunaid Convention Center, Kota Pekalongan, Rabu (28/12).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr(HC) dr Hasto Wardoyo, saat memberikan sambutan pada acara Halaqoh dan Pembekalan bagi Penyuluh Agama Islam dalam rangka Penurunan Angka Stunting di Provinsi Jawa Tengah, yang dilaksanakan di HA Djunaid Convention Center, Kota Pekalongan, Rabu (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan untuk mengejar target menurunkan stunting 14 persen pada 2024 bukan tugas yang ringan. Butuh dukungan dari para penyuluh agama agar hal itu bisa dicapai.

"Kejar target 14 persen, tidak ringan. Jawa Tengah jadi contoh, prevalensi stunting rendah.Daging sapi tidak lebih baik dari ikan lele. Cegah stunting tidak perlu mahal. Gerakan keluarga dalam pola makan merupakan upaya untuk mengatasi stunting. Tidak harus beli dan beli (bahan pangan) tetapi dapat dari lingkungan rumah termasuk dari penyuluh agama," kata Hasto, Rabu (28/12/2022).

Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama RI, Dr. H. Ahmad Jayadi, M.Pd mengatakan salah satu bentuk konvergensi dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia adalah dengan pelibatan peran penyuluh agama. Menurut Jayadi, penyuluh agama memiliki peran strategis dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Melalui khutbah, ceramah, serta tausiyah keagamaan, para penyuluh dapat menyampaikan pentingnya pencegahan stunting di masyarakat sebagai sebuah aksi nyata. Jumlah penyuluh agama yang mencapai lebih dari 50 ribu orang, yang tersebar hingga kecamatan.

"Mereka sangat potensial untuk ikut serta mensosialisasikan percepatan penurunan angka stunting, dengan dimulai dari wilayahya masing-masing," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, drg. Widwiono, M.Kes mengatakan sesuai dengan arahan Kepala BKKBN, kegiatan halaqah dengan penyuluh agama dan tokoh masyarakat, akan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah.

"Dimulai dari Kabupaten Brebes dan Kota Pekalongan, pada Tahun 2023 direncanakan akan dilaksanakan juga di Kota Semarang, Kabupaten Rembang, dan kabupaten/kota lainnya," ujar Widwiono.

"Menurut survei yang dilakukan 96 persen masyarakat mengetahui apa itu stunting. Sedangkan 56 persen sudah melakukan aktivitas pergerakan percepatan pencegahan stunting. Diharapkan masyarakat tidak hanya tahu apa itu stunting, tetapi juga memaksimalkan aktivitas pergerakan untuk percepatan penurunan stunting, oleh karena itu BKKBN merangkul pihak-pihak terkait, seperti TNI POLRI dan Kemenag untuk bersama-sama mempercepat penurunan angka stunting khususnya di Jawa Tengah," sambungnya.

Program percepatan penurunan stunting pada balita merupakan salah satu agenda prioritas pemerintah. Dengan mencegah terjadinya stunting, bersama-sama dapat mencetak generasi emas untuk negara. Keberhasilan bagi sebuah negara diukur melalui Human Capital Index, dimana negara dikatakan maju jika masyarakat memiliki umur yang panjang, sehat dan produktif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement