Bupati Purbalingga Minta Kades Anggarkan untuk Penurunan Stunting
Red: Muhammad Fakhruddin
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi. | Foto: Pemkab Purbalingga
REPUBLIKA.CO.ID,PURBALINGGA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga saat ini tengah fokus dalam penurunan angka stunting. Penanganan masalah stunting menjadi perhatian bersama tidak hanya Dinas Kesehatan, Puskesmas, akan tetapi juga dari Kepala Desa.
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) mengatakan stunting atau gagal tumbuh kembang anak dapat berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Desa mempunyai Dana Desa (DD) dan salah satu prioritas penggunaannya untuk penanganan stunting.
“Desa bisa mengalokasikan anggaran untuk melakukan intervensi stunting di desanya dengan menyiapkan susu, telur dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT),” kata Bupati Tiwi saat membuka acara Sosialisasi Pencegahan Stunting Bersama Mitra Kerja di Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung di Balai Desa Banjarkerta, Kecamatan Karanganyar, Kamis (29/12/2022).
Bupati Tiwi menargetkan angka stunting di tahun 2023 minimal 14 persen. Oleh karena itu, perlu dukungan dari berbagai pihak baik dari Dinas Kesehatan, Puskesmas dan juga desa-desa.
“Di Kecamatan Karanganyar angka stunting masih cukup tinggi, dan beberapa desa dengan angka stunting tinggi ada di Desa Maribaya, Desa Ponjen, Desa Brakas dan Desa Kabunderan angkanya ebih dari 20 persen,” ujarnya.
Bupati menegaskan harus ada intervensi dari berbagai pihak terkait agar angka stunting ini bisa diturunkan. Bupati Tiwi meminta Kepala Puskesmas untuk menggelar Rapat Koordinasi terkait Penanganan Stunting terutama bagi desa-desa dengan angka stunting yang tinggi.
"Saya titip agar Kepala Puskesmas, Kades, Ketua TP PKK Desa dan Kader Kesehatan masalah stunting ini penting menyangkut aset-aset muda kita di masa yang akan datang dan penurunan stunting ini bisa melalui Dana Desa,” pesan Bupati Tiwi.
Tidak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa salah satu indikator stunting terkait dengan berat badan anak. Bagi masyarakat yang memiliki Balita untuk aktif menimbang dan mengukur tumbuh kembang anak di Posyandu.
“Ibu-ibu yang punya balita, sering-sering ke Posyandu, timbang putra-putrinya sudah sesuai atau belum dengan usianya,” tuturnya.
Menurutnya, 1000 hari pertama kehidupan dari masa kehamilan hingga umur 2 tahun menjadi masa terpenting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak. Ibu-ibu diminta memberikan asupan gizi yang terbaik agar anak tumbuh dengan sehat.
“Ini menjadi perhatian bagi para ibu yang punya balita, atau ibu yang sedang hamil kualitas gizinya, karena ini akan mempengaruhi tumbuh kembang dan masa depan anak-anak,” ujarnya.