Kamis 29 Dec 2022 17:40 WIB

Presiden Korsel Desak Militer Perkuat Kemampuan Pengintaian Drone Ukuran Kecil

Lima drone Korea Utara menyeberang ke Korea Selatan pada Senin.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berbicara dalam rapat dewan kabinet di kantor kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 27 Desember 2022. Presiden Korea Selatan pada hari Selasa menyerukan pertahanan udara yang lebih kuat dan drone siluman berteknologi tinggi untuk pengawasan yang lebih baik Korea Utara, sehari setelah menuduh lima Korea Utara menerbangkan pesawat tak berawak melintasi perbatasan tegang saingannya untuk pertama kalinya dalam lima tahun.
Foto: Im Hun-jung/Yonhap via AP
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berbicara dalam rapat dewan kabinet di kantor kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 27 Desember 2022. Presiden Korea Selatan pada hari Selasa menyerukan pertahanan udara yang lebih kuat dan drone siluman berteknologi tinggi untuk pengawasan yang lebih baik Korea Utara, sehari setelah menuduh lima Korea Utara menerbangkan pesawat tak berawak melintasi perbatasan tegang saingannya untuk pertama kalinya dalam lima tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memerintahkan perubahan tanggapan militer terhadap objek yang melanggar wilayah udaranya. Pernyataan Yoon pada Kamis (29/12/2022), diungkapkan setelah intrusi oleh drone Korea Utara menimbulkan kesulitan dalam menembak jatuh pesawat kecil.

Lima drone Korea Utara menyeberang ke Korea Selatan pada Senin (26/12/2022). Hal ini mendorong militer Korea Selatan untuk mengacak-acak jet tempur dan menyerang helikopter. Namun, serangan itu gagal menjatuhkan drone, yang terbang di atas wilayah Korea Selatan selama berjam-jam.

Baca Juga

Yoon mengunjungi Badan Pengembangan Pertahanan milik negara untuk memeriksa kemampuan pengintaian dan pencegatan negara. Dia menyerukan perombakan sistem tanggapan terhadap “semua objek pesawat terbang”.  

“Intrusi pesawat tak berawak Korea Utara ke wilayah udara kami adalah insiden yang tidak dapat ditoleransi. Kita harus membiarkan mereka belajar bahwa provokasi selalu ditanggapi dengan konsekuensi yang keras," ujar Yoon.

Yoon mengecam penanganan militer atas serangan pada Senin, yang merupakan serangan pertama sejak 2017. Yoon mendesak pihak berwenang  untuk mempercepat penguatan unit drone. Militer mengatakan, mereka tidak dapat menembak jatuh drone karena terlalu kecil.

“Untuk mengamankan perdamaian, kita perlu mempersiapkan perang dengan kemampuan luar biasa, strategi pengadaan pertahanan Korea Selatan juga harus ditinjau sejalan dengan kemajuan senjata Korea Utara," kata Yoon.

Pada Kamis, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, militer Korea Selatan akan mengadakan latihan yang berfokus pada drone. “Militer kami akan melakukan latihan pertahanan udara bersama, mensimulasikan respons terhadap pesawat tak berawak berukuran kecil milik musuh,” kata seorang juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Utara dalam pengarahan reguler. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement