REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Program Dai Ambassador Dompet Dhuafa merupakan salah satu upaya untuk menyediakan layanan agama bagi masyarakat Indonesia yang ada di luar negeri. GM Layanan Sosial Dompet Dhuafa Juperta Panji Utama menyebut, sebagai negara dengan mayoritas Islam, Muslim Indonesia harus menunjukkan kontribusi positif bagi dunia.
"Program ini bagus, karena orang Indonesia di luar negeri tidak ada yang mengurus soal agama. Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi besar di dalamnya karena memiliki banyak Muslim," ujar dia dalam kegiatan Internasional Dakwah Outlook Dompet Dhuafa, di Grans Whiz Poins Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (29/12).
Ia menyebut, program ini mulanya ditujukan untuk menangani dan membimbing ekspatriat yang berada di luar. Seiring berjalannya waktu, harapannya Dai Ambassador ini bisa membantu Indonesia menunjukkan perannya di mancanegara, khususnya dalam hal agama.
Dompet Dhuafa disebut ingin menunjukkan kontribusinya dalam hal ini. Kontribusi positif dai Indonesia bagi dunia menjadi tujuan selanjutnya, mengingat jumlah Muslim yang banyak ini.
Program Dai Ambassador Dompet Dhuafa dimulai sejak 2013. Namun, pecahnya pandemi Covid-19 membuatnya sempat terhenti sementara waktu. Diharapkan pada 2023 nanti program ini bisa kembali berjalan sebagaimana mestinya.
"Secara umum, pola rekrutmen dan kriterianya adalah dai dengan sifat atau pandangan yang terbuka. Kriterianya juga berbeda-beda sesuai dengan negara penempatan, karena beda karakteristik," lanjutnya.
Sejauh ini, Dai Ambassador ini disebut sudah bertugas di 16 negara. Panji pun menyebut harapannya agar ke depan para dai bisa bertugas di negara tujuan dengan durasi lebih lama.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, menyampaikan dukungannya atas program dai ini. Ia menyebut ada kebutuhan yang sangat besar bagi penceramah di seluruh dunia.
"Sebelumnya, saya sempat pergi ke Amerika. Disana disampaikan ada permintaan penceramah untuk negara-negara bagian. Kira-kira dalam waktu dekat akan ada kebijakan untuk hal ini," ucapnya.
Ia pun menyebut saat ini dakwah yang disampaikan tidak lagi terbatas hanya kepada orang Indonesia yang ada di luar, tapi untuk masyarakat dunia secara umum. Kebutuhan akan hal ini sangat dirasakan di wilayah Amerika dan Eropa.
"Islam is the most misunderstood religion in the world. Padahal, Islam berkontribusi dalam membangun peradaban dunia. Ini harus dijelaskan," lanjut dia.
Kamaruddin Amin pun menyebut Indonesia memiliki artikulasi keberagamaan yang baik, yang pantas menjadi model keagamaan dunia. Agama Islam di Indonesia sesuai dengan modernitas, demokrasi, kemaajuan dan peradaban modern yang harus terus disampaikan.
Saat ini, Islam terus berkembang di seluruh dunia. Di Eropa, ia menyebut Islam menjadi agama kedua terbesar. Di Jerman, jumlah Muslim kurang lebih 7 juta yang mana kebanyakan adalah orang Turki. Sementara di Belanda kebanyakan Muslim berasal dari Maroko.
"Banyak dai internasional, namun belum ada dari Indonesia yang jadi rujukan di Eropa atau Amerika. Tantangan kita mungkin soal bahasa, karena masih belum banyak yang bisa menyampaikan dakwah dalam bahasa internasional, baik Inggris ataupun Arab," ujar Kamaruddin Amin.
Terakhir, ia menyebut dakwah adalah tugas Muslim sebagai khalifah Allah SWT. Tantangan dakwah di Indonesia juga besar, yang mana pihaknya tengah membuat peta dakwah di Indonesia.