REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana menteri Israel terpilih Benjamin Netanyahu telah mencalonkan mantan menteri intelijen Israel, Eli Cohen, untuk menjabat sebagai menteri luar negeri. Cohen merupakan tokoh yang ikut berperan dalam menormalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab pada 2020 lalu.
Dilaporkan laman Al Arabiya, pencalonan Cohen sebagai menteri luar negeri diumumkan Netanyahu saat berpidato di parlemen Israel, Kamis (29/12/2022). Dalam pidato tersebut, Netanyahu menguraikan tentang arah yang bakal diambil pemerintahan barunya.
Netanyahu diagendakan dilantik sebagai perdana menteri Israel pada Jumat (30/12/2022). Pada 2020, Israel melakukan normalisasi diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko. Perjanjian normalisasi itu dikenal dengan nama Abraham Accords. Pemulihan hubungan dengan tiga negara Arab tersebut terjadi di bawah pemerintahan Netanyahu. Pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump turut berperan dalam proses normalisasi.
Pada 2020 lalu, Eli Cohen yang menjabat sebagai menteri intelijen, sempat memimpin delegasi Israel ke Sudan. Setelah kunjungan itu, Sudan pun memutuskan untuk menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv. Sebagai imbalan atas keputusan tersebut, AS menghapus Sudan dari daftar negara sponsor terorisme.
Saat ini Israel tengah berusaha melobi Arab Saudi untuk memulihkan dan membuka hubungan resmi dengan mereka. Perdana Menteri Israel Yair Lapid telah beberapa kali menyampaikan keinginannya itu. Dalam pidato perpisahannya di parlemen Israel, Lapid mengklaim telah meletakkan dasar agar Israel bisa menormalisasi hubungan dengan Saudi.
“Kami meletakkan dasar bagi Saudi untuk bergabung dengan Abraham Accords. Rincian rahasia akan diserahkan kepada perdana menteri yang akan datang. Jika pemerintahan baru melanjutkan rute yang kami buat, normalisasi dengan Saudi dapat dicapai dalam waktu singkat,” ucap Lapid.