Kamis 29 Dec 2022 21:43 WIB

BF.7 yang Ganas di China tak Picu Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia

Menurut Kemenkes, 15 pasien terinfeksi BF.7 di Indonesia sudah sehat semua.

 Seorang pelancong yang mengenakan masker dengan koper dan paspornya berjalan melewati poster yang menggambarkan bandara Beijing yang dipajang di konter check-in penerbangan internasional di Bandara Internasional Ibukota Beijing di Beijing, Kamis, 29 Desember 2022. Digerakkan oleh A.S., Jepang dan negara lain yang mengamanatkan tes COVID-19 untuk penumpang yang datang dari China mencerminkan kekhawatiran global bahwa varian baru dapat muncul dalam wabah eksplosif yang sedang berlangsung — dan pemerintah mungkin tidak menginformasikan ke seluruh dunia dengan cukup cepat.
Foto: AP/Andy Wong
Seorang pelancong yang mengenakan masker dengan koper dan paspornya berjalan melewati poster yang menggambarkan bandara Beijing yang dipajang di konter check-in penerbangan internasional di Bandara Internasional Ibukota Beijing di Beijing, Kamis, 29 Desember 2022. Digerakkan oleh A.S., Jepang dan negara lain yang mengamanatkan tes COVID-19 untuk penumpang yang datang dari China mencerminkan kekhawatiran global bahwa varian baru dapat muncul dalam wabah eksplosif yang sedang berlangsung — dan pemerintah mungkin tidak menginformasikan ke seluruh dunia dengan cukup cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Gumanti Awaliyah, Rr Laeny Sulistyawati

China kembali dihadapi oleh fakta melonjaknya kembali kasus positif Covid-19 dan angka kematian setelah hampir tiga tahun kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (21/12/2022) pekan lalu mengatakan, badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sangat prihatin dengan meningkatnya laporan kasus Covid-19 di seluruh daratan China.

Baca Juga

"WHO sangat prihatin dengan perkembangan situasi di China dengan meningkatnya laporan penyakit parah,” kata Tedros.

Beberapa ilmuwan telah memperingatkan bahwa penyebaran Covid-19 yang tidak terkendali di China dapat memicu munculnya varian baru yang mungkin mengurai kemajuan yang dibuat secara global untuk mengatasi pandemi.

"Vaksinasi adalah strategi keluar dari Omicron," kata kepala kedaruratan WHO Dr. Michael Ryan.

 

Meskipun China telah secara dramatis meningkatkan kapasitasnya untuk memvaksinasi orang dalam beberapa minggu terakhir, Ryan mengingatkan, tidak jelas apakah itu akan cukup. Hingga saat ini, China telah menolak untuk mengotorisasi vaksin mRNA buatan Barat, yang telah terbukti lebih efektif daripada vaksin buatan lokal.

Lonjakan Covid yang terjadi saat ini terjadi di China diyakini dipicu oleh infeksi sub-varian Omicron BF.7. Dokter spesialis gastroenterology, Dr Rajeev Jayadevan mengatakan, bahwa BF.7 adalah sub-garis keturunan dari varian Omicron BA.5 yang disebut sebagai 'cicit Omicron'.

Menurut dia, BF.7 memiliki kemampuan lebih besar untuk menginfeksi orang yang sebelumnya terinfeksi atau divaksinasi daripada Omicron asli. Akan tetapi menurut pengamatannya, tidak ada indikasi BF.7 bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Pada dasarnya adalah ini virus yang sama dengan Omicron, tetapi dengan mutasi tambahan. Tidak ada indikasi menyebabkan penyakit yang lebih parah," kata dia seperti dilansir dari Times Now News, Ahad (25/12/2022).

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement