REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON–Orang-orang Yahudi Amerika Serikat memperingatkan bahwa pandangan rasis dan ekstremis terhadap pemerintah baru Israel dapat merusak dukungan mereka atas otoritas pendudukan.
Hal ini disebutkan dalam pertemuan antara para pemimpin Yahudi Amerika Serikat dan pejabat Israel di Washington awal bulan ini.
Pemerintah Israel sayap kanan yang baru telah meningkatkan kekhawatiran di kalangan orang Yahudi di Amerika Serikat dan di seluruh dunia atas kebijakannya untuk orang Palestina, imigran Yahudi ke Israel, wanita, LGBTQ+, dan demokrasi secara umum.
Para peserta Amerika Serikat diundang untuk bertemu dengan Shuli Davidovich, Kepala biro Kementerian Luar Negeri Israel untuk diaspora, yang diminta pendapatnya tentang situasi di Israel, kata sumber anonim kepada Axios. Mereka lebih lanjut mencatat bahwa suasana di pertemuan itu tegang.
Salah satu perhatian utama yang diangkat para pemimpin Yahudi Amerika Serikat pada pertemuan tersebut adalah rencana potensial pemerintah Israel yang baru untuk membatasi imigrasi bagi orang Yahudi dan non-Yahudi (walaupun biasanya dengan beberapa latar belakang keluarga Yahudi) berdasarkan ikatan keluarga yang terbatas.
Laporan Axios mencatat bahwa Perdana Menteri baru Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Meet the Press awal bulan ini bahwa dia tidak akan membiarkan undang-undang imigrasi Yahudi Israel diubah.
Dia, bagaimanapun, setuju untuk membentuk sebuah komite yang akan meninjau undang-undang ini.
Para pemimpin Yahudi pada pertemuan tersebut juga menyuarakan kekhawatiran mereka atas posisi rasis, supremasi Yahudi, dan anti-LGBTQ+ mitra koalisi Netanyahu.
Mereka khawatir kebijakan potensial ini dapat mengasingkan orang muda Yahudi dari Israel, mengingat kemungkinan pembalikan hak kelompok yang terpinggirkan, yang cenderung didukung oleh generasi muda.
"Dalam pertemuan itu, orang-orang bahkan mengatakan mereka dapat mengirim ratusan orang dengan pesawat ke Israel untuk berdemonstrasi di Yerusalem," kata Axios mengutip seorang sumber dilansir dari The New Arab, Kamis (29/12/2022).
Tujuan keseluruhan dari pertemuan para pemimpin Yahudi Amerika Serikat tampaknya adalah untuk memperingatkan para pejabat Israel tentang kebijakan ekstrem pemerintah yang akan datang, yang dapat mengurangi dukungan publik Yahudi Amerka Serikat untuk Israel.
Baca juga : Resmi Dilantik, Benjamin Netanyahu Kembali Jadi Perdana Menteri Israel