Ahad 01 Jan 2023 03:55 WIB

Citra Baik Terhadap Muslim di AS Meningkat Meski Islamofobia Tinggi

Pandangan orang Amerika tentang Muslim dibentuk peningkatan retorika Islamofobia.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Kota South Portland di negara bagian Maine, Amerika Serikat (AS), untuk pertama kalinya dalam sejarah memilih wali kota yang merupakan seorang Muslim. Citra Baik Terhadap Muslim di AS Meningkat Meski Islamofobia Tinggi
Foto: About Islam
Kota South Portland di negara bagian Maine, Amerika Serikat (AS), untuk pertama kalinya dalam sejarah memilih wali kota yang merupakan seorang Muslim. Citra Baik Terhadap Muslim di AS Meningkat Meski Islamofobia Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jumlah penduduk AS yang memiliki pandangan Islamofobia dan antisemit mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini bahkan terjadi ketika kejahatan rasial meningkat, berdasarkan jajak pendapat 2022 oleh Brookings Institute.

Citra yang baik terhadap Muslim di AS telah meningkat secara substansial selama tujuh tahun terakhir. Pada 2016, 58 persen dari mereka yang disurvei oleh Brookings memiliki pandangan yang baik terhadap Muslim, lalu pada Mei 2022 jumlah tersebut mencapai 78 persen.

Baca Juga

Dalam jajak pendapat itu, ditemukan pandangan orang Amerika tentang Muslim dibentuk oleh peningkatan retorika Islamofobia selama tahun-tahun pemerintahan Presiden AS Donald Trump. "Ketika Trump menargetkan Muslim dalam kampanyenya, lebih banyak orang Amerika, terutama Demokrat dan Independen, tampaknya mendukung Muslim, bahkan ketika wacana anti-Muslim meluas," kata laporan tersebut, dilansir Middle East Eye, Sabtu (31/12/2022).

Selain itu, mereka yang disurvei oleh Brookings mengungkapkan paling sedikit oposisi terhadap calon presiden Yahudi dibandingkan dengan agama lain. Hanya lima persen dari Partai Republik dan tujuh persen dari Demokrat mengatakan mereka akan memberikan suara menentang calon presiden Yahudi. Jumlah itu lebih rendah dari mereka yang menentang calon Katolik atau Protestan.

Oposisi terhadap calon presiden Muslim jauh lebih tinggi, dengan 44 persen dari Partai Republik dan 26 persen dari Demokrat mengatakan mereka akan menolak calon berdasarkan keyakinan Islam mereka. Terlepas dari penentangan yang tinggi, jajak pendapat tersebut menunjukkan baik Partai Republik maupun Demokrat perlahan-lahan menyambut baik gagasan untuk memilih kandidat Muslim. Jumlah total yang menentang turun dari 31 persen pada 2016 menjadi 26 persen pada 2022.

Terlepas dari tren yang disukai, telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam serangan terhadap kelompok Muslim dan Yahudi. Ini menunjukkan peningkatan intensitas sikap Islamofobia dan antisemit.

Anti-Defamation League (ADL) telah mendokumentasikan peningkatan insiden antisemit di AS, meningkat 34 persen dari 2020 hingga 2021, termasuk peningkatan pelecehan sebesar 43 persen dan peningkatan serangan antisemit sebesar 167 persen. Ini merupakan jumlah insiden antisemit yang tercatat tertinggi sejak ADL pertama kali mulai melacaknya pada tahun 1979.

Muslim-Amerika juga semakin menjadi sasaran. Council on American-Islamic Relations (Cair) mendokumentasikan peningkatan sembilan persen insiden Islamofobia dari tahun 2020 dan jumlah pengaduan hak-hak sipil tertinggi dalam 27 tahun, termasuk peningkatan insiden kebencian dan bias sebesar 28 persen.

"Mungkin mudah untuk menyimpulkan telah terjadi peningkatan jumlah orang yang mengungkapkan keyakinan ini, tetapi intensitas kebencian, yang kami sebut sebagai perluasan vertikal, tidak menyebabkan peningkatan jumlah orang yang mengungkap pandangannya," kata penulis laporan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement